Connect with us

Tokoh

Muhammad Sholekhan Bergerak Melalui Dunia Literasi

Published

on

Saat masuk sebagai mahasiswa baru, Muhammad Sholekhan mengaku termasuk mahasiswa yang berpikir praktis. Dia ingin mendalami hukum dan kelak bisa berkarier di bidang itu. Menurutnya, itulah tanggung jawabnya sebagai mahasiswa. Dan, memang sudah begitu seharusnya.

Kondisi mulai berubah ketika ia mulai membaca buku di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sekaran. Dari sana ia juga mulai berkenalan dengan banyak orang, tidak hanya mahasiswa, dosen, tapi aktivis di berbagai organisasi.

Pergumulan Solehan dengan buku membuatnya tertarik belajar lebih banyak hal. Tidak hanya ilmu hukum, tapi juga ilmu sosial. Ia juga tertarik mempelajari gerakan massa. Dari situ, ia merasa kewajibannya tak hanya belajar di kampus. Tanggung jawab mahasiswa, menurutnya, juga mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada masyarakat.

Sholekhan termasuk orang yang percaya bahwa ilmu adalah rizki. Bagi orang-orang yang memiliki rizki, ada kewajiban untuk menyerahkan 2,5 persen kepada orang lain.

“Kalau hanya siang kuliah, malam nongkrong, dan akhir pecan pulang kampung, saya tidak akan mendapat apa pun. Membaca buku, diskusi dengan banyak orang justru memberi lebih banyak. Ilmu pengetahuan, juga jaringan persahabatan,” kata mahasisa Ilmu Hukum Unnes ini.

Ia semakin mentap belajar tentang pergerakan ketika setahun silam bergabung dengan Rumah Buku Simpul Semarang (RBSS). RBSS adalah komunitas pembaca yang melakukan gerakan sosial melalui dunia literasi. Selain menyediakan buku berkualitas, RBSS rutin menggelar diskusi. Tema diskusi pun beragam,mulai dari pemikiran Tan Malaka, Hatta, Soepomo, hingga mengenai topic yang lebih aktual, seperti kontroversi pembangunan pabrik semen di Rembang.

RBSS juga menggelar kelas menulis. Pengasuhnya adalah jurnalis Gunawan Budi Susanto. Melalui kegiatan itu, mahasiswa yang ingin belajar menulis bisa bergabung, tanpa harus membayar biaya sepeser pun.

“Menulis, saya kira, juga keterampilan kelimuan yang penting dikuasai mahasiswa. Bukan hanya teknis menulis, tapi sikap menulis. Misalnya, bagaimana membangun sikap jujur saat menulis dengan menghindari plagiasi,” katanya.

Melalui RBSS pula Sholekhan turut mengampanyekan gerakan membaca kepada mahasiswa. Ia sedih karena kerap mendapati mahasiswa tak nyambung diajak bicara tentang pergerakan. Banyak mahasiswa, menurut Solehan, terkungkung pada bidang ilmunya. Mahasiswa hukum hanya belajar hukum, mahasiswa akuntansi hanya belajar akuntansi. Padahal, menurutnya, berbagai bidang ilmu tersebut berhubungan satu sama lain.

“Kalau hanya di kelas, kita hanya mendapat sedikit. Saya kira kita juga perlu belajar dari lingkungan, dari jalanan, dari orang-orang yang telah lama menekuni bidang itu,” katanya.

Ia mencontohkan, pada kasus pembangunan pabrik semen di Rembang, persoalan hukum, politik, dan ekonomi berkaitpaut satu dengan lain. Dengan terlibat dalam pergerakan, mahasiswa bisa belajar bagaimana hukum dipraktikkan, bagaimana kaitan hukum dengan ekonomi, juga bagaimana hukum bekerja dalam politik.

“Persoalan sosial adalah laboratorium terbuka bagi mahasiswa. Dengan melihat, melibatkan diri, kita akan tahu ternyata teori yang dipelajari di kelas, berbeda dengan yang terjadi di lapangan,” katanya.

Sholekhan yakin, mahasiswa memiliki tanggung jawab sosial dan moral lebih dari sekadar kuliah. Tanggung jawab sosial itu harus ditunaikan dengan ilmu.

Setahun bergerak melalui dunia literasi, Sholekhan senang kini hasilnya mulai terasa. RBSS yang dikelola bersama teman-temannya kini mulai diminati mahasiswa. Banyak mahasiswa datang untuk membaca dan meminjam buku. kelas menulis yang digelarnya juga ramai diikuti. Lebih dari 140 mahasiswa telah menjadi anggota perpustakaan.

“RBSS adalah kampus alternatif. Jika Rektor Unnes selalu katakana bahwa kampus adalah rumah ilmu, maka inilah rumah ilmu versi kami,” kata Solehan.

Ia berharap, ke depan upayanya mengampanyekan tradisi membaca kepada ahasiswa membuahkan hasil lebih. Semakin banyak mahasiswa membaca, semakin banyak pula mahasiswa yang bergerak melakukan sesuatu bagi masyarakatnya.

Rahmat Petuguran adalah pemimpin redaksi PORTALSEMARANG.COM. Selain aktif di dunia jurnalistik, ia juga aktif menjadi peneliti bahasa. Sebagai peneliti bahasa ia menekuni kajian sosiolinguistik dan analisis wacana. Kini sedang melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora (Linguistik) Universitas Gadjah Mada.

Trending