Connect with us

Kiai Budi

Catatan Kiai Budi Harjono 3: “Wakilan” Cinta

Published

on

SEDULURKU TERCINTA, siang ini saya menerima tamu “istimewa” lagi ,karena dia dulu sering menyambang di Rumah Cinta ini. Karena memang dia pergi dengan suka-suka,maka ketika kemaren saya mengisi pengajian di kampungnya,yakni Dusun Kliwonan Cangkiran Boja,aku cari di rumahnya tidak ada.

Kini,dia menyusul ke Rumah Cinta karena mengimbangi pencarian saya itu,saling merindu.Namanya Wakilan,dia buta sejak kecil,sekarang umurnya 40 tahun.Kondisi tubuhnya lemas,walau masih bisa berjalan pelan.

Kaki tangannya lemes,sehingga sulit menggenggam apa-apa,dan jalannya pelan disamping kebutaannya.Itupun kalau pergi masih membawa tas,tongkat,dan yang tak bisa ketinggalan adalah “radio”,ini teman satu-satunya di perjalanan.

Kalau makan–sukanya supermi,hanya “dikrakupi” dengan tangannya yang lemas itu ke mulutnya,kadang saya suapi sendiri.Dia menguasai banyak lagu “Barat” kesukaannya,disamping Kasidah.Orangnya ramah,selalu ceria dalam penderitaannya.

Barusan dia mandi–seperti biasanya,pakaian dia lepas begitu saja di luar kamar mandi.Dengan telanjang bulat dia bergerak ke kamar mandi yang sebelumnya saya tunjukkan tempatnya agar “niteni” sendiri.Namun kesusahannya adalah ketika dia buang air besar,tidak bisa di kloset,maka dia berak di luar kloset itu.

Seketika bau merebak di ruang kamar saya,namun itu bagi saya sebuah isyarat bahwa dia mengalami kesulitan di kamar mandi.Lalu saya datangi,dan dia tersenyum.Seperti biasanya saya musti “nggebyur” sampai hancur itu kotorannya agar bisa mengalir keluar.

Karena memang dia kesulitan untuk bersabun,lalu saya sabuni seperti saya memandikan anak-anak saya itu sampai “nyewoki” itu,dia tersenyum.Kemudian dia keluar kamat mandi dan memakai pakaian celana dan kaus,sendiri sembari saya amati.Nggregel hati saya.Dan seterusnya dia nyalakan radio,dengan asyiknya.

Tidak lama,dia meminta saya untuk diantar ke terminal,mau ke Jogya–katanya mau menemui pacarnya. Hehehe. Naman pacarnya mBak Win. Namun karena saya masih kangen sama dia, maka untuk ke Jogya saya pending besok setelah ikut pengajian saja.Dia nurut.

Rencana saya mau saya ajak ke acara ngaji agar dia–seperti dulu bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng karena pernah saya ajak di Kasihan Bantul,untuk bernyanyi beberapa lagu. Untuk kali ini akan saya pertemukan dengan Kalimasada Orkestra dari Salatiga, entah seperti apa nanti hasilnya.

Untuk Kasidah,dia akan bernyanyi:Ya Muhaiminu Ya Salam.Dan untuk lagu Barat dia akan bernyanyi “Hello”-nya Lylner Ricci.Dan selanjutnya dia akan menuju Jogya menuju pacarnya,benar apa nggak saya juga nggak tahu.Hmmm.Setelah dia dari Jogya mau datang ke Rumah Cinta lagi,dan meminta saya untuk mengantarkan ke Dusunya itu,seperti biasanya,dan saya sanggupi

.Sebenarnya saya minta dia berdomisili di Rumah Cinta,namun watak pengembaraannya selalu menyala.Dan kali ini dia meminta saya untuk membelikan Hp,agar saya bisa menghubungi sewaktu-waktu,katanya.

Kawan-kawan,selalu membayang dalam hati saya saat mengamati keadaan Kang Wakilan ini.Kecacatannya tentu bukan kehendaknya,namun dengan terpaksa atau rela,dia musti menerimanya.

Kemudian,suluruh isi rumah–termasuk santri,saya minta melayani apa maunya.Dunia teramat luas bagi dia,namun ketika dia memasuki rumah ini maka saya memandang bahwa Gusti Allah menggerakkannya,saya musti menyambutnya dengan gembira.Repot?

Tentu,namun kerepotan itu teramat lemah bila dihubungkan dengan Cinta yang ada.Demikianlah,semoga siapapun yang membaca catatan ini,bila ada tamu yang datang ke rumahmu,sambutlah dengan hati memandang Dia,Dia,Dia,Dia,Dia….Tabik!

– Kiai Budi Harjono, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah Semarang

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending