Connect with us
Banyak kawan generasi saya lebih suka menginvestasikan uang untuk traveling daripada deposito atau properti, sebuah pilihan yang barangkali tampak ganjil bagi orang tua satu atau dua angkatan di atas saya.
 
Sikap ini, saya kira, tidak semata-mata didorong oleh kemakmuran yang meningkat berkat akses pendidikan yang membaik. Atau bahkan, tanpa dipengaruhi kemakmuran sekalipun, kegiatan traveling akan tetap penting bagi anak muda seangkatan saya.
 
Salah satu sebabnya adalah karena pengetahuan telah menjadi “aset” sosial yang sangat berharga. Di era informasi, pengetahuan memerankan begitu banyak peran sehingga seolah-olah menjadi sangat penting bagi manusia. Pengetahuan adalah sarana sekaligus tujuan yang menentukan bagaimana seseorang mendefinisikan dirinya.
 

Traveling menjadi tren juga bukan karena semata kebutuhan untuk berlibur semakin tinggi lantaran beban kerja yang menggunung.  Buktinya, tidak setiap orang merasa mempeorleh kegembiraan saat berlibur, namun ia bersikukuh untuk tetap melakukannya.

Di era sekarang, berlibur adalah tentang bagaimana informasi menjadi begitu berharga sebagai modal sosial. Akan sangat terkutuk bagi anak muda seangkatan saya bila mendengar kawan-kawannya berbincang tentang sebuah tempat sementara ia sendiri harus bertanya “Itu tempat apaan sih?”Pertanyaan itu akan membuat dirinya seperti makhluk yang buruk seperti lahir dari generasi sudra.

Anak muda seangkatan saya bisa mengampuni dirinya jika tidak hafal Pancasila. Anak muda seangkatan saya tidak akan merasa bersalah ketika lupa tata tertib berwudlu. Tetapi ia akan mengutuki dirinya sepanjang hari jika sampai merasa begitu ketinggalan untuk urusan wisata.
 
Bagi anak muda seangkatan saya, superioritas dalam komunitas tidak selalu dibuktikan dengan tanah luas, rumah mewah, atau semacamnya. Konsep superior itu telah dimiliki engkong dan agaknya tidak diwariskan sampai sekarang.
 
Superioritas anak muda kini justru bisa diperoleh dengan sebuah jawaban “O iya, itu tempat yang bagus. Tapi lebih bagus dua tahun yang lalu. Masih asli,” untuk menanggapi rekan yang bercerita tentang tempat wisata yang baru dikunjunginya.
 

Itulah kenapa, traveling itu penting. Atau setidak-tidaknya, sedang dianggap penting sekarang ini. (Foto: theodysseyonline.com)

Rahmat Petuguran
Pemimpin Redaksi PORTALSEMARANG.COM

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending