Connect with us

Oleh : Azifna Rizqo Shofy

Wabah covid-19 membawa dampak pada kehidupan umat manusia, tidak hanya sektor kesehatan dan ekonomi melainkan juga sektor pendidikan. Wabah yang mulai memasuki wilayah Indonesia pada awal Maret 2020 menyebabkan diberlakukannya social distancing, sehingga pembelajaran di sekolah maupun Perguruan Tinggi dilakukan secara daring atau online. Pembelajaran online yang bersifat sementara bukan berarti membawa kesenangan pada siswa ataupun mahasiswa.

Para siswa dan mahasiswa mengeluh karena lebih banyak tugas yang diberikan, serta jangka waktu mengerjakan yang relatif singkat menyebabkan mereka banyak mengeluh. Akhirnya timbul rasa jenuh yang berakibat pada rasa malas. Malas untuk melakukan aktivitas hingga malas untuk belajar. Namun apapun alasannya, rasa jenuh dan malas sangatlah merugikan.

Oleh karena itu, permasalahan belajar akibat rasa jenuh dan malas ini harus bisa kita obati, kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid dalam laman CNNIndonesia.com, Jumat (24/4).

Dalam Bab II Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan pada Undang-Undang tersebut, maka diperlukan pembangunan di bidang pendidikan. Salah satu orientasi pembangunan di bidang pendidikan adalah motivasi belajar. Namun motivasi belajar pun terdapat beberapa faktor permasalahan di dalamnya.

Permasalahan belajar dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Nana Sudjana (dalam Hardianto, 2014 : 82) mengemukakan bahwa faktor kesulitan belajar dari internal siswa terutama adalah kemampuan siswa itu sendiri. Selain itu, kesulitan belajar yang ditimbulkan dalam diri adalah motivasi belajar, perhatian dan minat, sikap dalam belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Selain itu, faktor eksternal dapat berasal dari guru dan lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa permasalahan belajar disebabkan oleh 2 faktor, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Namun selain kedua faktor tersebut, ada faktor yang lain, yakni faktor sosial.

Faktor sosial dapat menjadi permasalahan motivasi belajar. Motivasi adalah alasan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri, dan dapat bersumber dari luar seperti dukungan sosial dari orang tua, teman maupun lingkungan sekitar. Orang tua sangatlah berperan untuk meningkatkan motivasi belajar. Seseorang dengan latar belakang keluarga broken home, dengan seseorang yang latar belakang keluarganya harmonis akan berbeda tingkat motivasi belajarnya.

Dukungan sosial dapat diperoleh dari keluarga, pendidik maupun pihak lainnya. Hurlock (dalam Rensi dan Lucia, 2010 : 151) berpendapat bahwa dukungan sosial juga berperan dalam prestasi belajar. Dukungan sosial dapat diperoleh bukan saja dari orang tua yang merupakan sosok penting dalam pencapaian prestasi belajar seorang siswa, tapi juga dari teman sebaya.

Peran orang tua, teman sebaya serta lingkungan sangat penting bagi mahasiswa, untuk membangkitkan motivasi belajarnya. Mahasiswa pun tidak berbeda jauh dengan siswa, yang memang membutuhkan dukungan sosial dari orang tua, teman sebaya maupun lingkungan. Tinggi rendahnya motivasi belajar bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Negara Indonesia masih tergolong rendah dalam hal motivasi belajarnya. Dilansir dari laman tirto.id (12/12/2019), survei Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2018 menempatkan siswa Indonesia di jajaran nilai terendah terhadap pengukuran membaca, matematika, dan sains. Pada kategori membaca, Indonesia menempati peringkat ke-6 dari bawah (74) dengan skor rata-rata 371. Turun dari peringkat 64 pada tahun 2015.

Lalu bagaimanakah upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk membangkitkan motivasi belajarnya? Upaya untuk membangkitkan motivasi belajar, memiliki peran penting dalam rangka mewujudkan peningkatan mutu pendidikan. Ketika motivasi belajar mahasiswa tinggi, maka akan mempengaruhi prestasi belajarnya juga.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 19(1) tentang Standar Nasional Pendidikan, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, pendidik pun berperan dalam rangka membangkitkan motivasi belajar peserta didiknya, yakni bisa sebagai motivator. Pendidik memberikan motivasi dalam setiap proses pembelajaran, seperti dengan merencanakan strategi pembelajarannya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya.

Salah satu solusi untuk masalah ini adalah sebaiknya selektif memilih teman bergaul, bertemanlah dengan mereka yang optimis dan selalu berpikiran positif, karena seseorang yang demikian bisa membawa pribadi kita seperti pribadinya, optimis, berpikiran positif dan memotivasi kita untuk lebih semangat dalam belajar.

Mengapa hal tersebut bisa berpengaruh dalam membangkitkan motivasi belajar seseorang? Inilah salah satu alasan bahwa sebaiknya kita memilih teman bergaul dengan mereka yang optimis, selalu berpikiran positif, dan selalu semangat. Pribadi mereka mempengaruhi pribadi kita.

Dilansir dalam kompas.com (08/07/2017) seorang pembicara dan motivator, Jim Rohn mengatakan bahwa “Anda adalah rangkuman dari lima orang yang paling dekat dengan Anda.”

Selain itu, kesadaran akan pentingnya belajar harus tumbuh dari pribadi masing-masing mahasiswa. Hal inilah yang terpenting dalam membangkitkan motivasi belajar, karena jika tidak ada tekad dari diri sendiri, teman maupun lingkungan sekitar tidak bisa memotivasi kita untuk belajar.

 

[Azifna Rizqo Shofy]

Opini ini merupakan hasil latihan peserta mata kuliah Jurnalistik jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNNES

Continue Reading
1 Comment

1 Comment

  1. Komayah

    June 22, 2020 at 3:19 pm

    Terimakasih ka, sangat bermanfaat ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending