Menjadi salah satu orang terkaya di dunia adalah sebuah kesuksesan besar. Anda boleh memperdebatkan penting dan tidak pentingnya harta. Tetapi Bill Gates, dengan harta yang dimilikinya, telah dan akan membawa hal baik. Dan itu adalah sebuah kesuksesan yang tak terbantahkan.
Tapi, apa yang membuat Bill Gates bisa menjadi orang sesukses itu? Jawabannya sama dengan pertanyaan: apa yang membuat pengacara Yahudi di Manhattan bisa meraih kesuksesan? Atau, apa yang membuat pemain hoki yang lahir pada awal tahun lebih sukses meraih karier hingga liga utama?
Dalam buku Outlier, wartawan New York Post, Malcolm Gladwell membuat analisis yang unik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Menurutnya, kesuksesan para outlier itu adalah momentum yang tepat. Kesempatan.
Bill Gates mendapatkan fasilitas komputer yang memadai pada tahun 1970-an. Ini adalah tahun ketika komputer hanya dimiliki oleh sebuah instansi pemerintah atau universitas besar. Komputer masih jadi benda mahal.
Ketika saatnya industri komputer berkembang, dia menjadi salah satu orang di dunia yang paing siap untuk meraih keuntungan dari industri itu. Sebab, dibandingkan orang lain, Gates telah menjadi salah satu orang yang memiliki pengalaman paling baik.
Pada masa mudanya, dia menghabiskan begitu banyak waktu (di atas 10.000 jam) untuk mengembangkan piranti lunak. Maka, saat piranti lunak jadi kebutuhan banyak orang, dia siap menjadi penyediannya.
Analisis yang sama diungkapkan Gladwell untuk mengungkap rahasia kesuksesan banyak orang. Pengacara litigasi. The Beatles, grup band legendaris itu. Juga para imigran Yahudi yang menekuni usaha bidang koveksi.
Menurut Gladwell, bakat adalah satu hal. Tetapi kesempatan adalah hal lain. Para oultlier memiliki keduanya.
Meski, kultur juga tidak bisa diabaikan. Ia mengulas panjang lebar bagaiman kultur masyarakat menyimpan memori di balik ketidaksadaran yang membuat seseorang memiliki karakter tertentu. Karakter itu, kemudian, memiliki determinasi terhadap kesuksesan seseorang.
Dengan cerdik dan detail Gladwell menganalisis mengapa orang-orang Asia timur memiliki kemampuan matematis yang relatif lebih baik dari orang Amerika. Rahasianya, karena kultur kerja keras yang berkembang dari daerah China selatan.
Orang-orang di daerah itu telah berabad-abad mengembangkan kebudayaan bertani padi. Aneka kerumitan dalam proses bertani padi mengajarkan orang China selatan inti bekerja keras. Kultur itu terwariskan, membentuk mental tekun kepada generasi-generasi setelahnya.
Detail, Berdasarkan Riset
Seperti buku-buku terdahulunya, Gladwell menunjukkan seni analisis tingkat tinggi. Ia berusaha memecahkan persoalan-persoalan besar dengan memasuki ceruk yang sangat detail. Ceruk itu kemudian ia perluas dengan aneka hasil riset yang relevan.
Di sini, seni bertutur Gladwell berhasil membuat penjelasannya menjadi ringan. Kepada pembacanya ia seperti sedang mendongengkan sesuatu kepada siswa kelas lima sekolah dasar. Runtut, ketat logika, sehingga “memaksa” pembacanya manggut-manggut dan berujar: “O, iya. Betul juga, ya.”
Tidak heran kalau buku ini, dalam sebuah survei, masuk dalam daftar 20 buku paling menggugah. Buku ini bersanding dengan 1984 dan Animal Farm-nya George Orwell.
Salut, Gladwell!
Angkat aku jadi muridmu… 🙂
Rahmat Petuguran
Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Negeri Semarang
Pemimpin redaksi PORTALSEMARANG.COM
-
Muda & Gembira10 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Muda & Gembira9 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Lowongan10 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Muda & Gembira9 years ago
SMS Lucu Mahasiswa ke Dosen: Kapan Bapak Bisa Temui Saya?
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Kampus11 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Kampus13 years ago
Unwahas – Universitas Wahid Hasyim