Connect with us

Tayangan sepakbola di televisi kian seru karena dikomentari. Komentator memandu pemirsa selama pertandingan berjalan. Tak cuma memandu, para komentator tampil sebagai pemain ketiga belas. Tugasnya tidak ringan: membuat pertandingan tetap asyik disaksikan.

Karena tugas tak ringan itulah komentator sepakbola harus memiliki kualifikasi khusus. Pertama, dia jelas harus punya wawasan cukup. Selain harus menghafal nama pemain, mereka juga harus tahu strategi bermain. Agar makin komplit, mereka juga mengantongi informasi tentang riwayat pemain dan klub.

Itu pun belum cukup. Komentator juga harus atraktif. Dengan kata-katanya, penonton bertugas membuat penonton harus tetap bersemangat menyaksikan pertandingan. Maka itu, dia harus cerdas memilih kata-kata. Tone dan speechcontrol (seperti penyanyi saja, ya?) juga tidak boleh diabaikan. Kapan rendah, kapan tinggi. Semua harus diperhatikan.

Dorongan untuk tampil atraktif itulah yang membuat komentator banyak melahirkan istilah keren, nyentrik, bahkan kadang-kadang memantik tawa. Misalnya, yang dilakukan Hadi Gunawan. Saat memandu pertandingan Final AFF 2016 antara Indonesia dengan Thailand, dia “tertangkap basah” melahirkan berbagai ungkapan menarik.

Yang paling nyentrik adalah “kesempatan emas bercampur intan berlian”. Lebay? Iya. Tapi seru. Ungkpan itu ia gunakan untuk menggambarkan kesempatan bagus yang dimiliki seorang pemain mencetakgol. Dulu orang menyebutnya “kesempatan emas” untuk mengatakan bahwa kesempatan itu mahal atau bernilai. Mungki karena bukan hanya mahal, tapi sangat-sangat-sangat mahal, dia menggunakan “kesempatan emas bercampur intan berlian”.

Saya dan teman-teman dibuat terbahak-bahak karena ungkapan ini. Pertandingannya sih biasa saja. Komentatorlah yang membuat pertandingan tampak seru dan menegangkan. Bagi komentator, ini bukan sekadar permainan sepakbola. Pertandingan itu mungkin dianggapnya sebagai perang nuklir dua negara. Gawat, menegangkan, dan cethar membahana!

Lokal ke Nasional

Kalau kamu suka sepakbola, pasti asyik membayangkan kerja jadi komentator kan? Tapi untuk tampil secara profesional, komentator ini harus menempuh perjalanan panjang. Kesempatan tampil di televisi nasional tidak datang begitu saja. Karier itu harus dirintis dari bawah.

National Career Service di Inggris membuat readmap bagi orang yang berminat berkarier di bidang ini. Tahap pertama, seseorng musti dilatih sebagai jurnalis, lalu mengambil spesialisasi sebagai jurnalis olahraga.Setelah berpengalaman meliptu olahraga, karier sebagai komentator bisa dirintis dengan mengisi acara televisi lokal.

Selain itu, karier ini harus dibangun dengan network. Oleh karena itu NCS juga menyarankan calon koemntator untuk bergaul dengan orang-orang olahraga. Misalnya, menjadi komentator gratisan untuk acara olahraga amal. Kalau ada kesempatan, bisa juga jadi komentator di liga-liga kecil tingkat sekolah atau kabupaten. Dari situ, karier bisa dikembangkan. Jangan lupa, kalau ada kesempatan magang: ambil!

Bayaran Besar?

Sebuah stasiun televisi biasanya memiliki beberapa komentator olahraga. Dari beberapa itu, ada yang dispesialisasi ke sepakbola, tinju, balap, dan cabang olahraga lain. Spesialisasi ini diperlukan supaya mereka mendalami isu dan informasi tentang olahraga yang dikuasainya. Makin ahli, makin menarik komentarnya.

Meski begitu, kadang-kadang pengelola statisun televisi juga mendatangkan komentator dari luar. Istilahnya: komentator tamu. Mereka dibayar per pertandingan. Lalu, berapa bayaran mereka?

Secara umum, tidak ada standar honor bagi komentator. Besar dan kecilnya sangat bergantung dengan negosiasi antara komentator dengan pengelola stasiun televisi.  Untuk acara berbiaya besar seperti piala dunia, bayaran lebih besar dari pertandingan liga biasa. Lebih-lebih kalau pertandingan final!

Selain itu, bayaran komentator juga dipengaruhi reputasi komentator itu sendiri. Seperti artis, makin ngehits makin tinggi pula bayarannya. Makin disukai pemirsa, makin tinggi pula bayarannya. Inilah yang membuat satu komentator bisa dipakai di beberapa televisi sekaligus.

Tapi sebagai gambaran, di Inggris, penghasilan komentator sepakbola antara 13 ribu sampai 80 ribu euro per tahun. Jika dikonversi ke rupiah, antara 182 juta sampai 1,12 miliar. Dibandingkan dokter atau pengacara, angka itu memang masih kecil. Meski begitu, nominal itu lebih dari cukup untuk membeli permen penyegar mulut. Ahay! Rahmat

 

Continue Reading
1 Comment

1 Comment

  1. Pingback: Profesi Komentator Olahraga: Profesi Menjanjikan Yang Kurang Populer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending