Connect with us

News

Membangun Kapasitas Academic Leader Guru Melalui Kepemimpinan Bertumbuh

Published

on

Kebijakan Merdeka Belajar yang dicetuskan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) menempatkan guru pada peran sosial baru sebagai pemimpin. Dalam kapasitas tersebut guru berpen bukan hanya pemimpin pada kelas tetapi juga pemimpin dalam melaksanakan tranformasi pendidikan dan sosial di masyarakat. Agar bisa menjalankan peran itu guru harus memiliki kapasitas pemimpin.

Kompetensi kepemimpinan (leadership) pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap profesi, bahkan setiap individu. Guru sebagai pendidik yang bekerja di sebuah lembaga pendidikan tentu saja juga memerlukan kompetensi leadership (Hasanah, dkk. 2020). Namun kenyataan di lapangan cenderung menunjukkan kompetensi kepemimpinan guru sangat bervariasi. Sejumlah guru memiliki kompetensi kepemimpinan kuat karena memiliki telenta dan dan pengalaman Panjang, namun beberapa guru cenderung memiliki kompetensi kepemimpinan rendah.

Fakta historis menunjukkan bahwa guru ideal merupakan seorang pemimpin yang hebat. Pada masa lalu, seorang guru adalah seorang pemimpin sosial dan pergerakan sekaligus. Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara adalah guru yang merintis Taman Siswa di Yogyakarta juga merupakan seorang tokoh pergerakan nasional. Bung Karno juga seorang guru yang mendidikn masyarakat melalui berbagai aktivitas pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran kritis yang memerdekakan. Demikian pula tokoh lain seperti H.O.S. Tjokroaminoto seorang guru (Fauzi & Hidayatullah, 2017) juga pemimpin pergerakan yang bahkan memimpin salah satu organisasi terbesar pada masa itu yaitu Sarikat Islam dengan pemikiran pendidikan (Ahdra, dkk., 2020).

Profil guru sebagai pemimpin berkonsekuensi logis terhadap kompetensi tertentu

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diatur bahwa guru memiiki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogic, kepribadian, sosial, dan professional. Secara tersirat, empat kompetensi tersebut sejatinya sudah memasukkan kepemimpinan di dalamnya (Muliawati, 2020). Namun kompetensi kepemimpinan masih dianggap minor karena diasumsikan hanya diperlukan oleh guru yang menjabat sebagai kepala sekolah.

Konsep tersebut perlu dikoreksi karena setiap guru pada dasarnya dan memang seharusnya adalah seorang pemimpin (Merideth, 2006). Sebagai pemimpin, guru harus mampu memimpin dirinya agar memiliki perilaku baik, kinerja prima, dan kontribusi yang optimal dalam tranformasi pendidikan. Selain itu, guru juga harus memiliki kepekaan sosial sehingga mampu berkontribusi dalam mengatasi masalah sosial di masyarakat. Bahkan guru juga seorang pemimpin bangsa yang berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Peran-peran tersebut mengidealkan bahwa guru memiliki serangkaian kompetensi kepemimpinan tertentu. Di sisi lain kenyataan di lapangan cenderung menunjukkan kompetensi kepemimpinan guru sangat bervariasi. Sejumlah guru memiliki kompetensi kepemimpinan kuat karena memiliki telenta dan dan pengalaman panjang, namun beberapa guru cenderung memiliki kompetensi kepemimpinan rendah (Indajang, 2021). Guru-guru senior yang memiliki pengalaman, mengikuti berbagai program (termasuk Guru Penggerak), cenderung memiliki kompetensi kepemimpinan yang baik (Sibagariang, 2021). Namun guru muda yang belum berpengalaman cenderung menunjukkan kompetensi yang relatif rendah. Hal yang sama dapat ditemukan pada Labschool Universitas Negeri Semarang.

Peran Guru sebagai Academic Leader

Dalam era Merdeka Belajar, peran seorang guru tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai pemimpin dalam membimbing dan menginspirasi siswa untuk belajar secara mandiri. Guru memiliki peran dalam membimbing dan menginspirasi sesama.

Pertama, guru sebagai pemimpin adalah membimbing dan Menginspirasi. Guru sebagai pemimpin harus mampu membimbing siswa untuk menemukan minat dan potensi mereka sendiri. Guru juga harus memberikan inspirasi dan motivasi agar siswa memiliki semangat belajar yang tinggi.

Kedua, guru membantu pengembangan diri. Hal itu dilakukan dengan mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan belajar mandiri, seperti literasi digital, pemecahan masalah, dan kreativitas. Selain itu, menyediakan sumber daya dan dukungan untuk membantu siswa mengembangkan keahlian yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Ketiga, guru menempatkan diri sebagai fasilitator pembelajaran. Hal itu dilakukan dengan menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk merdeka dalam mengeksplorasi dan memahami materi pelajaran. Selain itu, guru perlu menggunakan metode pengajaran yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dan mengembangkan keterampilan kritis.

Tidak kalah penting, guru juga harus memotivasi dan menciptakan lingkungan positif. Hal itu dilakukan dengan mendorong siswa untuk mengatasi tantangan dan mengatasi kegagalan dengan sikap positif. Selain itu, menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dan memotivasi siswa untuk meraih prestasi terbaik mereka.

Dengan memadukan fungsi-fungsi kepemimpinan ini, seorang guru dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesuksesan pendidikan siswa dalam era Merdeka Belajar, di mana siswa diharapkan untuk lebih aktif, mandiri, dan memiliki tanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.

Terus Belajar, Terus Bertumbuh

Konsep kepemimpinan bertumbuh menekankan bahwa kepemimpinan bukanlah sifat statis, tetapi lebih merupakan perjalanan yang melibatkan pengembangan diri, ketangguhan, dan keterlibatan dengan orang lain.

Guru perlu menumbuhkan diri agar meningkat kapasitas dan kompetensinya sehingga bisa memainkan peran sebagai academic leader.

Pelatihan peningkatan kapasitas guru labschool sebagai academic leader diselenggarakan untuk mendorong guru menjadi pemimpin masa depan yang kompeten dan profesional pada Era Merdeka Belajar. Pelatihan ini telah memberi pandangan dan praktik baik baru dalam pengembangan kapasitas guru.

Untuk menjadi guru sebagai academik leader, hal pertama yang dilakukan dalam merumuskan visi profesi. Visi adalah tinjauan tentang masa depan yang menjadi tuntunan. Dalam konsep ini guru perlu menjawab pertanyaan: Apa cita-cita Anda? Ke mana Anda akan melangkah? Apakah Anda melihatnya, Anda mengejarnya, dan membantu orang lain melihatnya?

Kepemimpinan bertumbuh sebagai sebuah pemikiran memiliki dasar filosofis. Dimensi Filosofis: Pandangan fundamental tentang kepemimpinan yang baik, benar, bagus, dan mulia. Dimensi Konseptual: Prinsip-prinsip yang dirasionalisasi secara teoretis sesuai perkembangan ilmu pengetahuan modern. Dimensi Praktis: Panduan bertindak dalam merespons tantangan konkret di organisasi.

Salah satu prinsip dalam kepemimpinan bertumbuh adalah menjadikan diri sebagai pribadi yang menginspirasi orang lain. Pemimpin Bertumbuh senatiasa mengispirasi di setiap situasi. Jika tindakan Anda menginspirasi orang belajar lebih, berbuat lebih, dan menjadi lebih baik. Anda adalah pemimpin sejati.

Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, penulis adalah pengagas konsep Kepemimpinan Bertumbuh

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending