News
Ketua DPRD Semarang Ini Ternyata Mantan Calo Tiket di Terboyo

Politikus PDI Perjuangan yang sekarang ini menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Supriyadi merintis karier dari bawah. Sebelum bergelut dalam bidang politik, ia ternyata pernah menjadi calo tiket di Terminal Terboyo.
Sosok kelahiran Semarang, 5 Mei 1971 itu mulai masuk ke dunia terminal yang dikenal keras sejak 1989, tepat setahun setelah menamatkan jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA)-nya.
Suami dari Iin Indriawati Dewi Mayasari itu semula tak pernah membayangkan apa yang dicapainya sekarang ini, yaitu memimpin lembaga legislatif di Kota Semarang.
Dari calo terminal, Lek Di kemudian “naik pangkat” menjadi mandor bus di PO Jawa Indah Perwakilan Semarang. Pekerjaan itu ia lakoni sembari merintis kariernya di PDI Perjuangan sebagai ketua anak ranting di Kelurahan Bulu Lor.
Keuletannya ternyata berbuah manis, karier politik ayah dari Azalea Anggita Zahra, Syifa Salsabila Zahra, dan Ganapatih Delta Argani itu terus menanjak perlahan, yakni wakil ketua PAC Semarang Utara.
Terpilihannya sebagai wakil rakyat pada pemilu tahun 2009 juga membuat perjalanan politiknya berjalan semakin mulus, yakni dipercaya sebagai Sekretaris DPC PDI Perjuangan dan Wakil Ketua DPRD Kota Semarang.
Pada Pemilu 2014, Lek Di kembali terpilih sebagai wakil rakyat dan dipercaya sebagai Ketua DPRD Kota Semarang untuk periode 2014-2019, sekaligus Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Semarang.
Lek Di mengakui latar belakang kehidupan terminal yang sempat dijalaninya membuatnya banyak memetik pengalaman dan pelajaran yang berharga untuk menghadapi tantangan di dunia politik.
“Di terminal, bisa ditemukan berbagai karakter, tipikal, dan latar belakang orang, baik dari suku, ras, budaya, dan agama yang berbeda. Pelan-pelan saya paham, ternyata berguna untuk di politik,” katanya, Selasa (22/9).
Perjalanan hidup Lek Di itulah yang bisa diperoleh dalam buku biografi yang diluncurkannya baru-baru ini. Kisah itu ditulis oleh Ganjar Triadi Budi Kusuma dengan judul “Dari Terminal ke Gedung Dewan: Kisah Seorang Marhaenis Sejati”.
Buku setebal 91 halaman itu menceritakan perjalanan hidup Supriyadi, disertai testimoni dari istri, sahabat, dan para koleganya, tak terkecuali mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Murdoko.
Peluncuran buku biografi itu pun memilih lokasi yang unik, yaitu Terminal Terboyo Semarang untuk mengingatkan Lek Di terhadap kehidupan terminal yang telah turut menempa kehidupannya sampai menjadi seperti sekarang.
-
Bahasa Indonesia7 years ago
Ditolerir atau Ditoleransi, Menolerir atau Menoleransi?
-
Muda & Gembira9 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Lowongan8 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Muda & Gembira6 years ago
Apa Sih Arti Keluarga Menurutmu?
-
Bursa6 years ago
Susu Formula s26 Apa Kelebihannya?
-
Muda & Gembira9 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Bahasa Indonesia5 years ago
Membaca Gagasan Sapir-Whorf, Memahami Relativitas Bahasa
-
Muda & Gembira3 years ago
7 Model Rambut Tipis Pria Super Keren