Connect with us

Muda & Gembira

Berani Ngaji, Hebat!

Published

on

Seorang mahasiswa berkata :

“Kita ini orang intelek, ngapain sih ngaji di Majelis Ta’lim atau Pondok Pesantren ? Udah gak jaman ngaji kayak gituan”

TAHUKAH ANDA ?

Orang yang berbaju biru dalam foto ini adalah REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG yang bernama Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Beliau sedang NGAJI di Pondok Pesantren Az Zuhri Semarang.

Mungkin mahasiswa itu ‘KURANG PIKNIK’. Belum lulus S1 aja udah sok intelek, padahal butuh waktu 10 tahun lebih jika ingin melanjutkan studi sampai mendapat gelar Professor.

DAN TAHUKAH ANDA ?

REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA adalah seorang Habaib, beliau adalah Prof. Dr. Ir. Habib Muhammad Anis Shahab, M.Met.

Dua bulan yang lalu, ada seorang kawan yang sudah menyelesaikan studi S2, dia bercerita kepada saya :

“Saya diajak ngaji ke majelisnya seorang kiai dan habaib, ternyata saya merasakan kedamaian disana, ruhnya sangat berbeda daripada ketika saya ikut selingkar beberapa orang dengan satu penyampai dakwah”.

BAHWA memang NGAJI TALAQQI (langsung dibawah bimbingan seorang guru) itu akan ada KEBERKAHAN tersendiri.

Orang sekarang lebih suka ngaji secara instan dan sudah bisa langsung berfatwa, padahal ulama-ulama terdahulu sangat sabar mencari ilmu. Mereka rela bertahun-tahun belajar kepada seorang ulama sampai tamat.

Dalam dunia PESANTREN, itu sudah sering mendapati sebuah perkara dalam agama yang merupakan perbedaan.

Perbedaan tersebut tergantung cara pandang sang ulama dalam mengambil sumber hukum dari Al Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas.

Mereka SUDAH TERBIASA mendapati ulama A berfatwa Sunnah, Ulama B berfatwa Makruh, Ulama C berfatwa Haram, Ulama D berfatwa Wajib, dan Ulama E berfatwa Mubah. Padahal perkara yang diambil itu SAMA.

Meski terjadi perbedaan, TIDAK ADA SATUPUN dari para ulama yang langsung MENGHUJAT dan MEMVONIS Sesat, Syirik, Kafir, Bid’ah, Liberal, Syiah, Murtad, dan segala macam tuduhan keji lainnya.

Maka BELAJARLAH ILMU AGAMA kepada seseorang yang MEMPUNYAI SANAD yaitu mata rantai keilmuan seorang guru, kepada gurunya, kepada gurunya lagi, kepada gurunya lagi, hingga sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

AYO NGAJI !

BERANI NGAJI HEBAT !

Imron Rosyadi

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending