Dahlan Iskan, AS Laksana, dan Made Supriatma. Itu tiga penulis favorit saya di Facebook.
Dahlan punya saluran bernama Catatan Dahlan Iskan. Disway. Tiap pagi ia menerbitkan satu tulisan. Tentang perjalanannya. Tentang pemikirannya. Juga pengalamanya sebagai wartawan, pejabat negara, dan pengusaha.
AS Laksana sastrawan. Sejumlah karyanya dapat penghargaan. Pengisi kolom Catatan Putih di Jawa Pos. Mentor menulis.
Sempat hilang dari Facebook. Mungkin lebih dari setahun. Katanya karena Facebook terlalu bising. Dua pekan lalu dia muncul lagi.
Made Supriatma seorang peneliti. Banyak menulis tentang poltitik dan militer. Dalam dua bidang itu wawasannya luas. Banyak pengetahuan baru darinya. Analisisnya mendalam. Ada keberanian, ada keterusterangan.
***
Selain sama-sama saya sukai, tiga penulis itu punya satu persamaan. Mereka suka menulis panjang di Facebook.
Untuk ukuran media sosial, 6000 karakter termasuk panjang.
Meski begitu, saya selalu punya gairah membacanya. Ini agak mengherankan.
Tulisan panjang di Facebook biasanya saya lewati. Kalaupun saya baca, dua atau tiga peragraf awal saja. Terlalu melelahkan kalau harus dibaca sampai habis
Tapi tulisan ketiga orang itu beda. Meski panjang, saya hampir selalu punya kegairahan membacanya. Sekali saya putuskan baca, biasanya sampai akhir. Kadang saya ikuti juga tanggapan pembaca lainnya.
Kegairahan saya membaca tulisan mereka mungkin ada sebabnya. Kalau saya renungkan, setidaknya ada tiga.
Pertama, tulisan itu penting. Berkaitan dengan urusan publik.
Kedua, didukung data dan argumentasi yang memikat. Baru.
Ketiga, disusun dengan teknik penulisan yang baik.
Tiga keunggulan kita uraikan satu per satu. Di tulisan lain.
***
Tiga orang itu punya kekhasan gaya menulis. Sama-sama baik. Untuk segmen pembaca masing-masing.
Dahlan suka menggunakan kalimat pendek. Bahkan kadang minor. Sesuatu yang ingin saya tiru.
AS Laksana suka berkelakar. Ia suka bikin pernyataan yang sinis tapi lucu. Kalau membuat analogi, segar.
Kalau Made Suprtiatma saya kira unggul karena suka menggunakan data keras. Berani sebut nama, berani sebut nominal, berani sebut angka.
Tapi yang membuat ketiganya luar biasa bukanlah gaya penulisan. Tapi konsistensi.
Itu tantangan paling besar para penulis. Juga profesi apa pun. Entah Youtuber, buzzer, atau petani cabai.
Saya pernah bersumpah ingin seperti mereka. Menulis tiap hari. Diterbitkan. Entah ada yang baca, entah tidak.
Tapi itu tidak mudah.
Terutama jika cicilan menghadang. ??
Rahmat Petuguran
Pemimpin Redaksi PORTALSEMARANG.COM
Ikuti
-
Muda & Gembira9 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Muda & Gembira9 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Muda & Gembira9 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Lowongan9 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Buku4 years ago
The Art of Thinking Clearly, Ketika Otak Tak Selalu Bisa Diandalkan
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Kampus10 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Bahasa Indonesia8 years ago
Ditolerir atau Ditoleransi, Menolerir atau Menoleransi?