Connect with us

Banyak berita bohong beredar di sekitar kita. Berita bohong seringkali tampil meyakinkan untuk membuat calon pembacanya percaya.  Karena itu, tanpa keawasan yang cukup kita rentan sekali menjadi korbannya.

Salah satu cara menghindari berita bohong adalah dengan mengecek kredibilitas media. Tentu saja di samping mengecek substansi beritanya.

Beruntung, untuk mengecek kredibilitas media kita tidak harus melakukannya sendiri. Ada platform independen yang membangun data base kredibilitas media. Namanya Media Bias/Fact Check atau MBFC yang bisa diakses di laman https://mediabiasfactcheck.com.

Di laman ini kredibilitas meida diukur menggunakan dua variable utama yaitu melihat afiliasi ideologis dan faktualitas beritanya.

Masing-masing variabel tersebut memiliki variabel turunan. Untuk mengukur afiliasi ideologis media, variable yang diukur adalah pilihan kata, pilihan narasumber, pilihan topik, dan afiliasi politiknya.

Adapun untuk menguji faktualitasnya, tim menguji akurasi berita berdasarkan sampel yang diambil. Dari uji inilah akan muncul enam kategori faktualitas.

Kategori faktualitas sangat tinggi diberikan kepada media yang selalu menulis berita factual, dari sumber kredibel, dan melakukan koreksi sesegera mungkin jika ada kekeliruan.

Kategori faktualitas tinggi diberikan kepada media yang hampir selalu tepat menulis fakta, hanya ditemukan satu kali kesalahan, dan menggunakan kalimat yang masuk akal sesuai konteks.

Kategori umumnya faktual (mostly factual) diberikan kepada media yang pada umumnya factual namun tidak sesegera melakukan koreksi jika ditemukan kekeliruan dalam pemberitaan.

Kategori campuran atau mix adalah kategori media yang tidak selalu menggunakan sumber terpercaya atau karena bias lainnya.

Kategori rendah adalah ketgori media yang jarang menggunakan sumber kredibel. Karena itulah media seperti ini dikategorikan tidak bisa dipercaya.

Kategori sangat rendah adalah kategori media yang hampir tidak pernah menggunakan sumber kredibel. Oleh karena itu, media pada kategori ini sama sekali tidak dapat dipercaya.

Lalu, media apa saja yang masuk kategori faktualitas sangat tinggi sampai sangat rendah?

Yang menarik, penelusuran saya menunjukkan sedikit sekali media yang masuk kategori sangat tinggi. Di antara yang sedikit itu, Reuters adalah salah satunya. Reuters masuk kategori ini karena dinggap memiliki rekam jejak excellent dalam  verivikasi fakta.

Di bawahnya, media dengan kategori faktualitas tinggi ditempati oleh sejumlah media arus utama yang cenderung berideologi kiri seperti New York Times dan New Yorker. Boston Globe yang pernah heboh dengan Spotlight-nya juga ada di kategori ini.

Lalu, media-media apa yang ada di papan paling bawah dan menurut survei ini paling tidak layak dipercaya?

Di kategori ini ternyata banyak media berideologi kanan. Di Inggris misalnya Daily Mail dan Daily Star. Di Amerika ada The Highwire.

Media yang saya sebutkan itu memang bukan bacaan utama orang Indonesia. Tapi ternyata, media-media dengan kredibilitas rendah itu sering jadi rujukan media di Indonesia.

Pada 18 April 2020 lalu misalnya, Viva menerbitkan berita berjudul “Dokter Klaim Virus Corona COVID-19 Menular Lewat Kentut”.  Sumber rujukannya adalah berita Daily Star yang oleh Media Bias diidentifikasi dengan fake news, sensasional, dan sering memuat berita konspirasi.

Hari ini, 24 Mei 2020 Detik.com menurunkan berita berjudul “Ilmuwan: Ada yang Aneh di Virus Corona”. Sumber rujukannya adalah Daily Mail. Daily Mail memberitakan kecurigaan dokter asal Australia mengaku menemukan keanehan pada covid-19 dan karena itu dia menduga ada kemungkinan virus ini adalah buatan yang bocor dari laboratorium viru di Wuhan, China.

Memang, mengidentifikasi karakter media tidak menjamin kita terbebas dari berita bohong. Tapi dengan mengenali karakter mereka, kita tahu apa yang mereka ingin agar kita percayai.

Rahmat Petuguran, dosen bahasa Indonesia Universitas Negeri Semarang

 

Rahmat Petuguran adalah pemimpin redaksi PORTALSEMARANG.COM. Selain aktif di dunia jurnalistik, ia juga aktif menjadi peneliti bahasa. Sebagai peneliti bahasa ia menekuni kajian sosiolinguistik dan analisis wacana. Kini sedang melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora (Linguistik) Universitas Gadjah Mada.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending