Connect with us

News

Mahasiswa Unnes Inventarisasi 146 Jenis Dolanan Tradisional

Published

on

Bentuk permainan yang banyak dilakukan saat ini adalah permainan lewat games station seperti playstation dan laptop. Di sisi lain, perkembangan teknologi yang canggih ini mampu menggeser dolanan tradisional.

Permainan tersebut tidak mengembangkan keterampilan sosial anak. Anak bisa pandai dan cerdas namun secara sosial kurang terasah. Permasalahan tersebut menjadi perkara penting untuk dikaji dan ditindak lanjuti. Apabila terus dibiarkan, dikhawatirkan dolanan tradisional akan punah dan anak dapat bersifat individual.

Hal itu dibuktikan dengan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada Minggu (15/3 dan 29/3) di Desa Undaan Kidul, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus dari kajian ilmiah dan diskusi dengan narasumber terdapat kurang lebih 146 jenis dolanan tradisional yang sudah mulai asing di kalangan masyarakat, antara lain: dolanan KotakPos, OntongOntong Bolong, Dur-Seledur, Jamuran, Selere Pete, Siluman Kodok, Dempo Tek-Tek, dan Patung Pak Polisi.

Permainan tradisional yang telah berkembang di masyarakat sebelumnya, saat ini mulai kurang dikenal anak-anak sebagai generasi muda.

Hasil penelitian tentang permainan tradisional tersebut justru memiliki kekayaan nilai yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak antara lain aspek motorik; spiritual dan moral; bahasa dan ekologi; dan khususnya aspek-aspek keterampilan sosial.

Terdapat 19 jenis dolanan tradisional yang masih dikenal di Desa Undaan Kidul, yaitu 4 jenis dolanan aspek bahasa dan ekologis: KotakPos, OntongOntong Bolong, Seledur, dan Jamuran; 6 jenis dolanan aspek sosial: Jirak, Gacukan, Betengan, Ingklek, Singkongan, dan Cublek-Cublek Suweng; 5 aspek motorik: Selere Pete, Boisan, Pencolotan, Patung Pak Polisi, dan Ciunan; serta 4 aspek spiritual dan moral: Siluman Kodok, Hompimpa, Dempo Tek-Tek, dan Dempo Satelat-Telit.

Tindak lanjut dari data hasil penelitian tersebut akan dikelola dan kemudian dikembangkan menjadi bahan ajar, modul, dan media pembelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013 untuk siswa Sekolah Dasar.

Namun, untuk tercapainya hal tersebut perlu adanya bantuan dan kerjasama dari pemerintah. Selain itu, mengagendakan pelatihan secara berkala dan menyajikan pergelaran dolanan tradisional untuk kalangan anak.

Continue Reading
2 Comments

2 Comments

  1. Devinta Eka

    June 7, 2015 at 1:57 am

    Ketua PKM: Afif Restu Fauzi
    Anggota: M Ulul Uluwwi, Ayis Supriyo, dan Syaefatul Awaliyah

  2. Devinta Eka

    June 7, 2015 at 2:53 am

    Dosen Pembimbing: Pak Ahmad Syaifudin
    Ketua PKM: Afif Restu Fauzi
    Aggota: M Ulul Uluwy, Ayis Supriyo, dan Syaefatul Awaliyah

    Afif Restu mengaku tertarik melakukan penelitian ilmiah terhadap dolanan tradisional karena dolanan ini unik dan menyiratkan berbagai karakter sosial, seperti jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri. Hal ini sesuai dengan pembelajaran karakter di kurikulum 2013.

    Ia menilai bahwa dolanan tradisional merupakan budaya warisan yang seharusnya terpelihara dan lestari turun temurun. Karena tradisi tersebut merupakan identitas bangsa, kebanggaan dan keunikan yang tidak dimiliki negara lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending