SEPERTI film biografi lainnya, film Man Who Knew Infinity membuat kita bisa mengenal sosok tertentu dengan lebih dekat. Dalam film itu, kita mendapat gambaran imajiner kehidupan S Ramanujan, sang jenius dari India.
Namun begitu, film Man Who Knew Infinity juga menceritakan banyak hal. Beberapa adegan membuat penonton, saya maksudnya, memikirkan hal-hal yang tak berkaitan dengan sosoknya. Saya merangkum, ada 5 hal penting yang patut jadi bahan renungan.
1. Penjajahan (Terutama) Mental
Masyarakat terjajah bukan hanya menderita secara fisik karena sumber daya alam dan manusianya direnggut. Penjajahan juga meninggalkan tekanan mental yang hebat pada orang per orang, juga masyarakat.
Ada ketakutan, keminderan, rasa rendah diri yang berlebihan pada masyarakat terjajah karena diri dan bangsa bertahun-tahun direndahkan. Kondisi mental inilah yang membuat penjajahan kerap begitu awet, bahkan terwariskan.
2. Ada jenis kecerdasan lain, selain yang dapat dikenali manusia modern
Kecerdasan manusia modern adalah jenis kcerdasan yang diidentifikasi dengan paradigma keilmuan modern, realisme, empirisme, dan kemudian positivisme. Sebagai mazhab keilmuan, paradigma itu mengakui satu jenis ilmu dan menafikan yang lain.
Begitu juga dalam mendefinisikan kecerdasan. Ilmu modern yang berkembang dari tradisi empirisme hanya mengakui ilmu sejauh dapat dibuktikan. Adapun ilmu lain, tidak diakomodasi.
3. Cita-cita besar membutuhkan pengorbanan besar
Ke luar negeri dengan meninggalkan ibu dan istri bukanlah keputusan ringan. Apalagi istri dan ibu yang ditinggalkan dalam kondisi miskin dan kekurangan.
Tetapi demi cita-cita besar, Ramanujan melakukannya. Ia menyeberangi laut sejauh 6000 mile agar bisa ke Trinity College dan memublikasikan gagasan-gagasannya.
4. Kesetiaan adalah mata uang yang sangat berharga
Setelah menjadi fellow di Trinty College, Ramanujan mestinya mendapat fasilitas lebih memadai. Dia memiliki kesempatan untuk hidup di Inggris, negeri yang jauh lebih sejahtera dan menawarkan hidup yang lebih menyenangkan. Tetapi demi istri (dan mungkin ibunya), ia memilih kembali ke India. Dia menumpang kapal berhari-hari, dalam keadaan sakit.
5. Cerdas boleh, tapi hormati nilai-nilai tradisi
Ada kecenderungan orang-orang cerdas untuk memberontak dengan tradisinya. Dorongan memberontak lazimny muncul karena perasaan diri lebih hebat. Tetapi Ramanujan tidak melakukan itu. Ia memilahara kejeniuasannya dalam bidang matematika sambil memelihara tradisinya.
-
Muda & Gembira10 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Muda & Gembira9 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Muda & Gembira9 years ago
SMS Lucu Mahasiswa ke Dosen: Kapan Bapak Bisa Temui Saya?
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Lowongan9 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Kampus11 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Kampus13 years ago
Unwahas – Universitas Wahid Hasyim