Oleh: Muhammad Miftahul Chasan Asy’ary
Masa pandemi ini mengharuskan semua elemen untuk melakukan aktivitasnya di rumah. Hal ini berlaku juga di dunia Pendidikan .
Dilansir dari Kompas.com (16/03/20) presiden Joko Widodo menegaskan kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah di rumah perlu terus digencarkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 .
Hal tersebut membuat pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan menganti metode pembelajaran dengan sistem daring menyusul lonjakan kasus Covid-19 yang semakin banyak. Tak hanya guru dan siswa, bahkan orang tua pun dipaksa untuk cepat beradaptasi dengan metode ini.
Kegiatan pembelajaran yang sekarang berjalan menjadi seperti lockdown . Sistem pembelajaran konvensional yang dilaksanakan oleh sebagian guru digantikan dengan berbagai aplikasi pembelajaran daring yang yang banyak bererdar saat ini dapat memberi tempat untuk bertatap muka secara langsung antara guru dan siswa tanpa bertemu langsung. Akan tetapi pada kondisi normal banyak celah kekurangan dari metode daring ini.
Penerapan sistem pembelajaran daring tersebut mungkin efektif bagi masyarakat kota. Namun, hal tersebut tidak berlaku pada beberapa daerah yang masih mengalami kesulitan mulai dari akses internet yang terbatas dan juga fasilitas yang kurang memadai. Minimnya pengetahuan teknologi yang dimiliki, membuat guru dan siswa bahkan orang tua juga menjadi salah satu permasalahan dalam pengaplikasian metode ini.
Dengan begitu proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan ditemukannya beberapa masalah lain seperti kesiapan orang tua dalam menemani anak belajar, kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran yang akan disampaikan dan yang sangat penting yaitu kesiapan siswa sendiri dalam menerima pembelajaran.
Mungkin untuk guru atau siswa-siswi SMP, SMA, atau SMK mampu menguasai metode daring ini dengan cepat dan dapat dilakukan apabila semua pendukung fasilitas juga tercukupi . Tetapi, untuk para siswa SD hal ini cukup sulit dilakukan. Akhirnya mau tidak mau orang tua memiliki peran penting dalam pembelajaran daring ini agar proses pembelajaran menjadi efektif dan tidak terjadi ketertinggalan.
Proses pembelajaran yang terus dilakukan sampai saat ini pastinya diharapkan akan membuat standar mutu pembelajaran yang telah dilaksanakan. Seperti yang dijelaskan Miarso (dalam Rohmawati, 2015) bahwa efektivitas pembelajaran merupakan standar mutu pendidikan dan sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, dan dapat juga diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, ”doing the right things” . Dengan begitu standar mutu pendidikan yaitu tingkat kefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan apakah membuahkan hasil atau tidak.
Pada kenyataannya keefektifan pelaksanaan pembelajaran daring belum terjadi. Banyak keluhan yang dilontarkan dari berbagai pihak dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring. Mulai dari fasilitas penunjang proses pembelajaran yang tidak merata sebagai contoh jaringan internet yang lemah, salahnya penafsiran bahan pembelajaran yang disampaikan guru, kreativitas pengajar rendah juga menjadi faktor penyebab pendidikan daring tidak efektif.
Adanya pembelajaran daring membuat perkembangan kemampuan siswa tidak maksimal, bahkan siswa akan mudah bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja. Orang tua juga akan kesulitan dalam memberikan kegiatan yang lain karena tentu saja biasanya hanya dilimpahkan kepada guru untuk mendesain kegiatan yang selalu berbeda setiap harinya. Lantas bagaimana proses pembelajaran dapat berjalan efektif ?
Pembelajaran konvensional yang meski dirasa kuno untuk di terapkan guru dalam kondisi seperti ini, akan tetapi pembelajaran konvensional dapat diterapkan langsung oleh orang tua dirumah kepada anaknya untuk menjadi guru yang sebenarnya kepada anak.
Pada dasarnya proses pembelajaran juga menjadi tanggung jawab bersama untuk menjadikan proses pembelajaran itu menjadi lebih efektif. Mulai dari orang tua menjadi guru utama dirumah untuk saat ini dan guru disekolah sebagai pembimbing untuk menciptakan kreasi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dengan begitu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari bagaimana orang tua membantu anak dalam belajar untuk memahami materi pembelajaran. Orang tua juga di tuntut untuk belajar kembali pada materi-materi belajar yang telah dilaksanakan dahulu pada masanya belajar.
Apabila semua aspek mulai dari guru dan orang tua dapat berkolaborasi dalam membantu anak dalam belajar. Maka keberhasilan atau keefektifan pembelajaran itu akan tercapai dan anak tidak akan mengalami ketertinggalan materi-materi pembelajaran.
[Muhammad Miftahul Chasan Asy’ary]
Artikel opini ini merupakan hasil latihan peserta mata kuliah Jurnalistik dari Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNNES.
-
Muda & Gembira10 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Muda & Gembira10 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Lowongan10 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Muda & Gembira10 years ago
SMS Lucu Mahasiswa ke Dosen: Kapan Bapak Bisa Temui Saya?
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Kampus11 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Kampus13 years ago
Unwahas – Universitas Wahid Hasyim