Connect with us

Di Jakarta sedang hangat didiskusikan soal pemberian kembali izin operasional becak. Gubernur Anies Baswedan dikabarkan mengizinkan becak beroperasi di ibu kota, menganulir aturan gubernur sebelumnya.

Becak adalah alat transportasi. Fungsi dasarnya sebagai alat transportasi sama dengan motor, sepeda, gerobak, bahkan mobil Tesla.

Perbedaan-perbedaan fisikal yang membatasi fungsinya. Karena digerakkan dengan tenaga manusia, lajunya relatif pelan. Karena ukurannya yang kecil, tak bisa mengangkut banyak orang.

Sebagai alat transportasi, mestinya becak mendapat keadilan untuk tetap digunakan sejauh ada yang menyediakan dan memerlukannya.

Becak mendapat perlakuan khusus berupa pelarangan beroperasi karena benda itu ditafsir negatif.

Kecepatan rendah adalah gejala fisik yang melekat pada becak. Justifikasi “rendah” muncul karena alat itu disandingkan alat transportasi berbasis motor. Kecepatan rendah mestinya disematkan pada sepeda jika dibandingkan mobil.

Tafsir kemudian berlanjut: karena kecepatan rendah, berarti ada cara kerja becak tak efisien.

Tafsir tidak efisien muncul dari cara berpikir tertentu, yaitu cara berpikir yang mengandaikan waktu adalah sesuatu yang terus melaju. Tafsir “tidak efisien” juga muncul dari pengandaian bahwa waktu adalah variabel ekonomi yang musti digunakan sehemat-hematnya.

Cara pandang ekonomis ini patut dipertanyakan, karena pada kesempatan yang lain: ketidakefisienan becak  justru indah dan dapat dinikmati. Lihatlah, misalnya, kekasih di Jogja yang memilih becak daripada membayar taksi.

Selain tidak efisiensi, becak menerima perlakuan negatif berupa pelarangan karena dipersepsi tidak manusiawi.

Tafsir “tidak manusiawi” muncul dari tanda visual berupa penggunaan tenaga manusia sebagai penggeraknya.

Mengapa penggunan tenaga manusia bisa menimbulkan tafsir “tidak manusiawi”? sebutan itu dilandasi keyakinan bahwa kerja fisik yang terlampau berat mestinya tidak dikerjakan manusia, tapi oleh binatang atau mesin.

Asumsi ini berpangkal pada ideologi besar humanisme bahwa manusia – dengan berbagai dimensinya – adalah subjek yang berharga.

Tapi kenapa tuduhan “tak manusiawi” tidak dituduhkan kepada aktivitas penggunaan fisik dalam perkerjaan lain: tukang batu, petinju, atau dalang (yang dipaksa tak tidur semalaman)? Dalam banyak kasus, secara fisik tinju, mengangkut batu, atau membeberkan lakon semalam suntuk lebih membebani secara fisik dibandingkan mengayuh becak.

Lebih kontras lagi, kenapa kita memandang aktivitas mengayuh becak sebagai “tidak manusiawi” sementara memandang kelas menengah perkotaan yang mengayuh sepeda Polygon menaiki jalanan menanjak adalah keren?

Selain alasan di atas, argumentasi terhadap perlakuan khusus becak didasai pada pandangan bahwa becak itu kumuh, tidak indah secara visual.

Kalau benar-benar ada pandangan itu, pandangan estetika itu pastilah berasal dari mazab tertentu. Sebab, ada kok mazab lain yang justru menganggap becak beserta kompleksitas sosiologisnya adalah objek yang indah.

Atau, karena kemunculannya yang lebih awal (dibanding alat transportasi lain) becak dianggap kuno? Tapi dalam banyak kasus, kuno justru bernilai jual. Itulah alasan yang mendorong pemerintah membelanjakan uang miliaran untuk memlihara bangunan peninggalan Belanda?

Di luar semua itu, bisa jadi ada sekelompok orang yang menggap becak sebagai indeks keterbelakangan. Kendaraan roda tiga itu dipersepsi mewakili sifat masyarakat kelas bawah yang bodoh dan miskin sehingga harus dengan “amit-amit” dihindari setengah mati?

Jika betul, kenapa becak justru dipakai politisi dalam pemotretan di majalah nasional? Dalam benak politisi itu, apa sebenarnya makna becak yang- ketika difoto – ditungginya dengan senyum riang gembira?

“Becak” adalah teks unik yang dibaca terus-menerus. Tafir terhadapnya terus bergerak dan berubah. Ia menjadi berharga dalam pandangan orang yang memihaknya, tetapi menjadi tampak buruk/mengganggu bagi orang yang tak menyukainya.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat becak dianggap demikian berbeda dengan alat transportasi lain sehingga layak dilarang beroperasi?

Bagaimana keyakinan bahwa becak berharga bisa hidup dalam keyakinan sekelompok orang dan sebaliknya: bagaimana keyakinan bahwa becak adalah buruk/mengganggu tumbuh dalam keyakinan sekelompok orang lain?

Rahmat Petuguran
Pemimpin Redaksi PORTALSEMARANG.COM

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending