SEPERTI film biografi lainnya, film Man Who Knew Infinity membuat kita bisa mengenal sosok tertentu dengan lebih dekat. Dalam film itu, kita mendapat gambaran imajiner kehidupan S Ramanujan, sang jenius dari India.
Namun begitu, film Man Who Knew Infinity juga menceritakan banyak hal. Beberapa adegan membuat penonton, saya maksudnya, memikirkan hal-hal yang tak berkaitan dengan sosoknya. Saya merangkum, ada 5 hal penting yang patut jadi bahan renungan.
Masyarakat terjajah bukan hanya menderita secara fisik karena sumber daya alam dan manusianya direnggut. Penjajahan juga meninggalkan tekanan mental yang hebat pada orang per orang, juga masyarakat.
Ada ketakutan, keminderan, rasa rendah diri yang berlebihan pada masyarakat terjajah karena diri dan bangsa bertahun-tahun direndahkan. Kondisi mental inilah yang membuat penjajahan kerap begitu awet, bahkan terwariskan.
Kecerdasan manusia modern adalah jenis kcerdasan yang diidentifikasi dengan paradigma keilmuan modern, realisme, empirisme, dan kemudian positivisme. Sebagai mazhab keilmuan, paradigma itu mengakui satu jenis ilmu dan menafikan yang lain.
Begitu juga dalam mendefinisikan kecerdasan. Ilmu modern yang berkembang dari tradisi empirisme hanya mengakui ilmu sejauh dapat dibuktikan. Adapun ilmu lain, tidak diakomodasi.
Ke luar negeri dengan meninggalkan ibu dan istri bukanlah keputusan ringan. Apalagi istri dan ibu yang ditinggalkan dalam kondisi miskin dan kekurangan.
Tetapi demi cita-cita besar, Ramanujan melakukannya. Ia menyeberangi laut sejauh 6000 mile agar bisa ke Trinity College dan memublikasikan gagasan-gagasannya.
Setelah menjadi fellow di Trinty College, Ramanujan mestinya mendapat fasilitas lebih memadai. Dia memiliki kesempatan untuk hidup di Inggris, negeri yang jauh lebih sejahtera dan menawarkan hidup yang lebih menyenangkan. Tetapi demi istri (dan mungkin ibunya), ia memilih kembali ke India. Dia menumpang kapal berhari-hari, dalam keadaan sakit.
Ada kecenderungan orang-orang cerdas untuk memberontak dengan tradisinya. Dorongan memberontak lazimny muncul karena perasaan diri lebih hebat. Tetapi Ramanujan tidak melakukan itu. Ia memilahara kejeniuasannya dalam bidang matematika sambil memelihara tradisinya.