Connect with us
Seperti musik, guyonan juga punya masa. Tiap generasi punya gaya becanda sendiri-sendiri. Yang lucu di masa lalu, gak selalu lucu sekarang.
 
Kondisi itulah yang mungkin melahirkan idiom bernada olok-olok: dad jokes.
 
Ungkapan ini pertama saya dengar dari 9GAG, situs guyon.
Ini tempat gabuters seluruh dunia ngumpul. Bertukar meme, cerita lucu, juga pengalaman lain yang menurut penggunanya lumayan menarik buat di-share.
 
Komentar “dad jokes” biasanya diberikan ke pengguna senior yang coba nglucu tapi pakai gaya tempo dulu.
 
Secara harfiah, dad joke sendiri artinya “guyonan bapak”. Kalau diterjemahkan dengan konteks keindonesiaan ya “goyonan bapak-bapak” lah.
 
Ini jenis guyonan yang eksis zaman ada Ketoprak Humor (Timbul CS) dan Srimulat (Asmuni CS) berjaya.
 
Waktu itu, jenis guyon begini mungkin lucu. Tapi bagi anak-anak sekarang, guyon itu paling pol direspon “hehe” sambil dibarengi komentar “Apaan sih?
Olok-olok dad jokes kayaknya sepaket dengan olok-olok “boomer stater pack” yang digambarkan lewat gambar ini:
 
Buat saya, ini gejala menarik.
 
Humor ternyata punya formula. Formula itu dibentuk oleh pengetahuan dan selera generasi tertentu di ruang budaya tertentu.
 
Selera sendiri (saya pernah menulisnya panjang lebar di status FB lain) dibentuk oleh proses budaya yang panjang. Diawali proses pencekokan sejak kanak-kanak. Negosiasi. Lalu internalisasi. Lahirlah, selera.
 
Karena itu, selera gak gampang diubah.
 
Para boomers, yang lahir pada dekade 40-an sampai 70-an, punya selera becandanya sendiri. Beda dengan milenal. Beda lagi dengan generasi Z.
 
Tapi, ini sekaligus kondisi yang kadang bikin saya sedih. Soalnya, bikin saya sadar kalau saya ternyata sudah lumayan tua.
 
Biar bisa bikin mahasiswa ketawa di kelas (karena sesekali emang perlu), saya musti belajar kepada mereka.
 
Itu membutuhkan banyak energi. Dan belum tentu berhasil juga.
 
Bisa aja sih kalau mau maksain pakai becandaan lama. Paling pol malu di depan kelas. Abis itu pengin bunuh diri. Haha
 
Salam,
Rahmat Petuguran
Dad (insya Allah bentar lagi)
Sumber gambar: pinterest.com

Rahmat Petuguran adalah pemimpin redaksi PORTALSEMARANG.COM. Selain aktif di dunia jurnalistik, ia juga aktif menjadi peneliti bahasa. Sebagai peneliti bahasa ia menekuni kajian sosiolinguistik dan analisis wacana. Kini sedang melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora (Linguistik) Universitas Gadjah Mada.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending