Connect with us

Oleh Krisbaya Bayu Firdaus

Pemerintah tengah bersiap untuk menerapkan normal baru (new normal), membuka  kembali aktivitas masyarakat yang tentunya dibarengi dengan penerapan protokol Covid-19.

Dilansir dari Kompas.com, Selasa (26/05/2020), New normal pada akhirnya menjadi kondisi yang harus dihadapi masyarakat agar dapat hidup berdampingan dengan ancaman virus corona baru ini. Tujuannya adalah menggerakkan kembali perekonomian yang sempat terhenti karena kebijakan Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB).

Presiden Jokowi dalam Kompas.com kamis (07/05/2020), mengungkapkan bahwa masyarakat dapat hidup berdamai dengan Covid-19. Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus mampu berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu kedepan.

Anggap saja kita semua sepakat untuk menuju era New Normal. Kita harus sadar, bukan hanya Indonesia saja yang merasakan dampaknya. Tetapi seluruh dunia juga merasakan dampak  dan mumet-nya kehadiran Covid-19 ini.

Apakah PSSB kemarin sia-sia? Tidak! Justru hasil jelek itu jugalah yang sukses mengubah sedikit demi sedikit kesadaran kolektif kita. Bahwa : social distancing, physical distancing, pakai masker, sesuai protokol kesehatan itu bisa efektik apabila dijalankan  secara KESADARAN.

Indonesia tidak seperti Jepang yang sudah melekat budaya mengantre.  Antre juga perlu dengan kesadaran. Namun, warga Indonesia sangat sulit membudayakan antre. Di Indonesia tidak mau antre itu sudah biasa namun, tidak mau menjalankan protokol kesehatan di era New Normal pemerintah bakal sanksi denda entah penutupan toko bagi pedagang atau  pencabutan jabatan dalam sebuah instansi apabila ada yang melanggar protokol kesehatan. Siapa tau kan?

Robert L Mathis dan John H Jackson (2001), mengemukakan berhasil tidaknya suatu organisasi dalam pencapaian tujuan akan banyak ditentukan oleh kesadaran individu-individu dalam menjalankan tugas yang diembannya, sebab manusia merupakan pelaksana kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan.

Sama halnya dengan pandemik sekarang ini, pemerintah sudah semaksimal mungkin dengan berbagai cara untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-19.  Perihal kesadaran sudah sepatutnya kita sebagai rakyat harus mematuhi peraturan-peraturan yang telah diberlakukan pemerintah agar pandemik ini segera berakhir. Karena berhasil tidaknya pemberantasan pandemik ini tergantung akan kesadaran masing-masing individunya (rakyat).

Di awal pelaksanaan era New Normal, semua  akan terasa berbeda. Tapi, seiring berjalannya waktu pasti akan menemukan jalan keluarnya. Proses belajar-mengajar berubah, tempat duduk bioskop dirombak, cara mengantre di depan mesin ATM, di depan teller bank, tempat duduk restoran pun terpaksa dirancang baru dan seterusnya semua berubah. Penumpang pesawat, kereta, bis, dan yang lainnya harus dikurangi kapasitasnya.  Mungkin hal-hal seperti itulah yang akan terjadi di era New Normal.

Terkait aktivitas sehari-hari di era New Normal pasti akan ada teks peraturan dan ketentuan. Berbagai peraturan akan dikeluarkan pemerintah pusat hingga tingkat kepala desa. kantor-kantor, restoran, pabrik pun begitu. Pengumuman larangan ini itu akan dipajang di mana-mana dan semua menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk di sekolah, direktur perusahaan untuk di kantor, kepala desa untuk di desa dan seterusnya. Itu akan menjadi tanggung jawab masing-masing atasannya.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu kesadaran diri dalam masyarakat di era New Normal. Sebab tanpa kesadaran kita kehilangan ajaran hidup.

[Krisbaya Bayu Firdaus]

Artikel ini merupakan hasil latihan peserta mata kuliah jurnalistik dari Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNNES.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending