Connect with us

Ada akun Instagram yang dikelola mahasiswa. Nama akunnya: Pesan Unnes.

Meski bukan followernya, saya sering ikuti postingan akun itu. Banyak hal seru. Juga lucu. Dari perspektif mahasiswa.

Akun itu tampaknya makin populer. Sekarang followernya sudah 27 ribu.

Bagi mahasiswa, akun itu digunakan untuk bertukar informasi. Kadang pemikiran. Kadang juga kebaperan.

Dengan mengikuti diskusi di situ, saya jadi tahu dunia mahasiswa. Yang tentu saja beda dengan ketika saya mahasiswa.

Dengan mengikuti diskusinya, saya tahu apa masalah mereka. Hal yang mereka cita-citakan. Yang mereka khawatirkan. Juga persoalan teknis sehari-hari yang mereka hadapi.

Tentu saja, saya juga mengamati perilaku berbahasa mereka. Untuk riset buku mendatang saya: Bahasa Milenial.

Ada tiga topik yang menarik perhatian saya.

Pertama, keluhan mereka tentang fasilitas kampus. Bagi saya ini menarik. Karena saya adalah bagian dari “penyelenggara” kampus.

Keluhan dari mereka kadang saya teruskan ke unit kerja bersangkutan. Supaya ditanggapi. Agar pelayanan terus lebih baik.

Kedua, topik yang menurut saya menarik, adalah pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

Kadang ada yang tanya prospek kerja prodi tertentu. Kadang ada yang tanya cara supaya cepat lulus. Kadang juga ada yang tanya supaya berhasil berbisnis.

Follower biasanya antusias memberi jawaban. Ada yang serius. Ada yang ngaco. Juga ada yang julid. Namanya juga netizen, kan?

Dengan mencermati pertanyaan-pertanyaan itu, saya tahu apa yang mahasiswa sekarang cita-citakan. Idamkan. Juga khawatirkan. Itu jadi bekal mengajar di kelas. Agar jarak psikologis akibat perbedaan usia bisa dikikis.

Topik terakhir yang saya suka adalah: asmara.

Topik ini saya sakai karena lucu.

Ada yang curhat pacarnya direbut orang saat ditinggal KKN. Ada yang naksir kakak kelas tapi gak berani bilang. Ada juga yang nangis-nangis ditinggal rabi.

Lengkap deh!

Bagi saya, media seperti Pesan Unnes menegaskan sebuah pergeseran gaya komunikasi. Akibat penggunaan internet.

Percakapan di sana sangat egaliter. Cepat. Juga mengalir. Khas milenial.

Sebagaimana bidang lain, gaya komunikasi manusia sedang terdisrupsi. Cara-cara lama ditinggalkan. Cara-cara baru banyak bermunculan. Cara-cara yang kadang tak terduga.

Perubahan itu membawa konskuensi: pergeseran nilai.

Seperti dikatakan Marshall McLuhan, ahli komunikasi Amerika, yang terkenal itu. Katanya: medium is the message. Pergeseran sarana (medium) mempengaruhi makna pesan itu sendiri.

Sampai sini, saya jadi kepikiran satu hal. Mungkin gak ya saya ngisi kuliah umum lewat media seperti Pesan Unnes? Atau lewat media shitposting lainnya?

Hahaha. Kalau itu benar terlaksana, saya akan jadi dosen shitposting. Gelar baru yang keren. Kayaknya sih.

Rahmat Petuguran
Bukan follower Anya Geraldine

Rahmat Petuguran adalah pemimpin redaksi PORTALSEMARANG.COM. Selain aktif di dunia jurnalistik, ia juga aktif menjadi peneliti bahasa. Sebagai peneliti bahasa ia menekuni kajian sosiolinguistik dan analisis wacana. Kini sedang melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora (Linguistik) Universitas Gadjah Mada.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending