Connect with us

Oleh Tiara Nila Sukma

Dilansir dari http://padangkita.com (25/04/2020) memasuki awal puasa warga Kota Padang diresahkan dengan aksi tawuran, para remaja sering melakukan tawuran yang membuat aktivitas warga terganggu.

Dilansir dari merdeka.com (26/04/2020) adanya laporan warga yang merasa resah dan terganggu dalam melakukan aktivitasnya dikarenakan aksi balap liar. Usai mendapat laporan dari warga petugas membubarkan aksi tersebut, setidaknya 80 remaja diamankan dan diserahkan ke Satpol PP Kota Padang.

Sebagaimana diungkapkan dari 2 kasus di atas merupakan bentuk dari kenakalan remaja yang menjurus ke arah kriminalisasi. Kehidupan warga menjadi terganggu dan lingkungan sekitar menjadi tidak nyaman. Sebab remaja seperti itu kurang memiliki pengendalian diri, tidak dapat mengatur dirinya serta suka meremehkan orang lain. Jika orang tua menasihati, mereka malah tak mengindahkan, tetap bandel, pelawan dan masa bodoh. Hasilnya mereka berani melakukan tindakan nakal yang mengganggu orang lain.

Kenakalan remaja disebut juga dengan istilah juvenlie delinquency. Juvenlie berasal dari kata Latin Juvenilis, yang berarti anak-anak, anak muda, sifat khas remaja. Delinquen berasal dari kata Latin delinquere, yang berarti terabaikan kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal pelanggar aturan dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja atau juvenile delinquency diartikan sebagai perilaku jahat atau nakal yang dilakukan oleh remaja mengganggu orang lain.

Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa kenakalan remaja sudah mencapai pada fase yang mengkhawatirkan. Merebaknya kenakalan remaja mampu meningkatkan angka kriminalitas, sehingga banyak para ahli sosial mulai melakukan penelitian dan pembelajaran mengenai kenakalan remaja sebagai upaya pencegahan. Menurut Kartono Kartini (2008:93) ada 4 teori mengenai sebab terjadinya kenakalan remaja, yaitu teori biologis, teori psikogenis, teori sosiogenis dan teori subkultur delikunsi.

Teori biologis, umumnya tindakan kenakalan remaja muncul dikarenakan faktor fisiologis atau struktur jasmaniah seseorang. Melalui gen atau plasma yang membawa sifat keturunan memunculkan penyimpangan tingkah laku pada remaja.

Teori psikogenis, teori yang menekankan sebab tingkah laku delikuen remaja berupa aspek psikologis. Menurut teori psikogenis 90% jumlah anak nakal berasal dari keluarga yang kurang harmonis. Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung membuahkan masalah psikologis dalam diri anak sehingga anak melampiaskan dalam bentuk tindakan kenakalan.

Teori sosiogenis, kenakalan remaja terjadi murni oleh faktor sosiologis. Disebabkan oleh pengaruh lingkungan remaja, tekanan dari kelompok dan kondisi masyarakat. Seorang remaja nakal disebabkan keikutsertaannya pada lingkungan sosial. Oleh karena itu, semakin anak bergaul dengan anak nakal, semakin lama pula proses pengalihan budaya tersebut.

Teori subkultur delikunsi, sumber kenakalan remaja disebabkan oleh reaksi remaja terhadap status sosial tinggi. Ambisi memiliki materi yang tinggi tanpa berkesempatan dapat diraih akan memunculkan kebiasaan menyimpang yang menyebabkan kenakalan. Selain itu, kondisi kebudayaan yang penuh konflik serta banyaknya perubahan yang terjadi juga memicu munculnya kenakalan remaja.

Dari teori di atas, kenakalan remaja muncul bukan karena dari remaja itu sendiri, melainkan dari beberapa kondisi yang dialami anak-anak remaja. Sehingga langkah yang perlu dilakukan ialah mengoptimalkan aturan untuk mencegah kenakalan remaja yang cenderung mengarah kriminal. Karena mencegah terjadinya kejahatan lebih baik daripada mencoba mendidik penjahat menjadi remaja yang lebih baik.

Akan tetapi, banyaknya jumlah larangan, ketatnya peraturan, besarnya ancaman, ataupun dilakukan tindakan preventif pada kenakalan remaja tidak secara penuh membuat mereka tunduk dan mematuhi ketentuan. Remaja tak jarang mengacuhkan segalanya, namun mereka tetap peka dengan perubahan menyangkut kepentingan mereka. Anak remaja sangat peka dengan perilaku orang tua atau orang dewasa disekitarnya, serta mudah tercemar oleh desas-desus.

Terlepas dari segala upaya, keluargalah yang paling berperan dalam pencegahan kenakalan remaja. Pembinaan dan peningkatan kualitas keluarga sangat diperlukan. Karena keluarga yang baik akan membawa kebaikan kepada anaknya. Namun, sebaliknya apabila dalam keluarga tercipta suasana yang buruk, akan berpengaruh pada perkembangan mental anak. Mendorong anak melakukan tindakan kenakalan.

(Tiara Nila Sukma)

Opini ini merupakan hasil belajar peserta mata kuliah jurnalistik Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNNES.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending