Connect with us

News

Inilah 3 Sinetron Tidak Berkualitas Menurut Komisi Penyiaran Indonesia

Published

on

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merilis ada tiga sinetron yang tidak berkualitas berdasarkan survei indeks kualitas. Oleh karena itu, KPI menghimbai agar masyarakat menghindari menonton tiga sinetron tersebut.

Dari hasil survei dengan kriteria mengenai relevansi cerita, pembentukan watak dan jati diri bangsa, penghormatan keberagaman, norma dan sosial, non-kekerasan, dan non-seksual, indeks kualitas ketiga sinteron tersebut rendah.

Skala indeks kualitas itu diukur dari dua bagian. Pertama, menurut tujuan, fungsi, dan arah penyiaran. Kedua, menurut Kode Etik dan Undang-undang dan Pedoman Perilaku Penyiaran Standard Program Siaran (P3SPS).

Jumlah respondennya 810 orang di sembilan kota di Indonesia. Syarat pendidikannya minimal SMA. Profesinya yaitu ibu rumah tangga, pendidik, aktivis, mahasiswa, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat dan masyarakat, birokrat, wartawan, karyawan, TNI/Polri, dan wakil rakyat.

1. Sinema Pintu Tobat (Indosiar)

Menurut survei KPI, total indeks kualitas 7 Manusia Harimau 2,20. standar indeks kualitas yang ditetapkan oleh KPI adalah sangat tidak berkualitas (1,00), tidak berkualitas (2,00), kurang berkualitas (3,00), berkualitas (4,00), dan sangat berkualitas (5,00).

Selain indeks kualitas yang rendah, KPI juga menerima sejumlah keluhan mengenai sinetron ini. Ketua Bidang Penelitian Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Endah Murwani mengatakan, telah ada 121 pengaduan mengenai sinetron ini.

2. Emak Ijah Pengen ke Mekah (SCTV)

Menurut survei KPI, total indeks kualitas Emak Ijah Pengen ke Mekah hanya 2,90. Sinetron ini juga telah diadukan oleh masyarakat sebanyak 73 kali.

Pemeran sinetron ini antara lain Aty Cancer Zein, Titi Kamal, Shinta Muin, Trio Ubur Ubur, dll. Sinetron ini tayang pada Senin, 1 Juli 2013 sampai dengan Sabtu, 9 Mei 2015 berjumlah 645 episode

 3. 7 Manusia Harimau (RCTI)

Total indeks kualitas Sinema Pintu Tobat hanya 2,90. Sinetron produksi SinemArt yang ditayangkan RCTI ini diangkat dari serial novel Tujuh Manusia Harimau karya Motinggo Boesje.

Namun, ada sejumlah perbedaan antara versi novel dengan televisi. Latar yang digunakan dalam cerita sinetron ini adalah Bengkulu.

Selain itu, ada beberapa tokoh utama yang namanya diubah untuk penyesuaian yang bertujuan untuk unsur estetika, misalnya Harwati diganti dengan Karina, Lading Ganda diubah menjadi Rajo Langit, dan beberapa penamaan tokoh lainnya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending