Connect with us

Tokoh

Widi Sukardi, Untung Berkat Mi Lampung

Published

on

PILIHAN untuk bekerja pada orang lain atau memulasi usaha sendiri memang bukan pilihan mudah. Demikian pula yang pernah Widi Sukardi alami. Saat mundur dari koki sebuah hotel ternama di Semarang delapan tahun silam, ia seperti mengundi peruntungan.

Tapi dorongan hati untuk berwirausaha memantapkan hatinya. “Cita-cita saya cuma satu, memiliki banyak karyawan sekaligus membuka lapangan usaha,” ujar bapak dua putra ini.

Cita-citanya telah kesampaian. Berkat usaha Pondok Makan Mie Lampung, warga Kedungmundu ini memiliki 19 karyawan. Warungnya ada dua, di Jalan Kusumawardani 31-32 dan Jalan Kelud Raya 28 Sampangan.

Penggemar acara makan-makan tentu sudah tak asing dengan kelezatan mie kreasi pria berkumis tebal ini. Menu ungggulan berupa bakmi dan kwe tiaw yang menggoda selera. Mie buatan sendiri ini memiliki tekstur sangat lembut. Namun saat disantap terasa kenyal dan empuk di lidah.

“Mie-nya saya buat sendiri sehingga dijamin bebas pengawet, penyedap, apalagi formalin. Benar-benar alami,” ujarnya.

Bahan baku yang digunakan juga pilihan. Untuk membuat mie dia menggunakan tepung bermerk. Demikian juga bahan baku kwe tiaw, juga menggunakan tepung beras bermerk. “Sedangkan bahan baku sayur mayur, saya pesan di Gang Baru untuk menjaga kesegaran,” jelasnya.

Bumbu yang digunakan merupakan perpaduan makanan China dan olahan laut. Rasanya cenderung sedap manis. Tetapi jika menyukai rasa pedas, bisa ditambah sambal kecap atau saos.

Menu bakmi Lampung diperkaya aneka sayuran seperti caisim, kembang kol, dan brokoli serta suwiran daging ayam. “Jadi menunya benar-benar sehat karena mengandung sayuran dan protein,” ujarnya.

Widi mengisahkan, sata pertama kali buka warung tahun 2001 silam, sehari paling laku dua hingga tiga mangkuk. Dia bekerja sendirian, dari membuat mie, memasak, melayani pengunjung, hingga kulakan bahan.

“Tetapi dengan pelayan prima dan kualitas rasa, lambat laun pelanggan saya semakin bertambah. Kini sehari bisa ratusan porsi,” ujarnya.

Bahkan beberapa bulan lalu buka cabang di Kelud Raya. Investasi cabang baru itu menghabiskan dana Rp 850 juta.  Mie Lampung saban hari buka dari pukul 10 pagi sampai 10 malam. Baik yang Kusumawadani maupun Kelud Raya. Menu yang disediakan di antaranya bakmi (goreng, kuah), bihun, kwe tiaw, nasi goreng, fuyunghai, dan beberapa menu lain.

Harga makanan dipatok dengan konsep horeka. Kualitas rasa seperti hotel tetapi harga patokan kaki lima. Satu porsi hanya sekitar Rp 8.500 – 10.000.

Selain makan di tempat, dirinya juga melayani jasa antar. Demi memuaskan pelanggan, dia tak pilih-pilih. Hanya pesan dua mangkuk pun tetap dilayani. Namun untuk acara pernikahan, dia membatasi minimal seribu porsi. “Pesanan dari jauh juga banyak, seperti Banyumanik, dan Ngaliyan,” ujarnya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending