Kitab suci telah menjadi tuntunan hidup yang sempurna bagi manusia beragama. Di dalam kitab suci terkandung berbagai ajaran, petunjuk, dan cerita yang dapat memandu manusia hidup sukses dunia akhirat. Bahkan, membaca kitab suci juga dapat membuat seseorang mengurangi depresi.
Fakta ini terungkap dalam sebuah riset kolaboratif yang dilakukan dosen Psikologi UIN Sunan Kalijaga Very Julianto dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Gajdah Mada (UGM) Subandi. Hasil penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Psikologi edisi April 2015 lalu. Keduanya melakukan penelitian dengan metode eksperimen dengan pretest-posttest control group design untuk melihat manfaat membaca Al-Fatihah secara reflektif dalam mengurangi depresi. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing terdiri dari 10 siswa pondok pesantren.
Dalam ilmu psikologi, tingkat depresi manusia dapat diukur. Salah satu instrumen untuk mengukur adalah Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Dengan instrumen itu, kedua peneliti membandingkan kelompok santri yang membaca Al-Fatihah reflektif dengan kelompok santri yang tidak.
Depresi sendiri merupakan gejala psikologis yang terjadi ketika seseorang merasa kehilangan kendali terhadap perasaannya. Kondisi ini dapat terjadi jika seseorang mengalami pengalaman yang dianggapnya sebagai penderitaan yang berat. Biasanya penderita depresi akan merasa kehilangan energi, minat dan nafsu makan. Penderita depresi juga akan kesulitan berkonsentrasi. Pada tingkat tertentu, ketika kondisi semakin parah, penderita depresi mengalami perasaan bersalah bahkan merasakan dorongan bunuh diri.
Bagi banyak orang, depresi perlu ditangani segera agar tidak berkembang menjadi ganguan kejiwaan yang semakin buruk. Secara psikologis, penanganan terhadap depresi bisa dilakukan dengan konsultasi. Psikolog juga mengembangkan metode meditasi untuk mengurangi depresi, selain sejumlah metode lain yang berkembang. Membaca Al-Fatihah secara reflektif intituitif bisa menjadi salah satu metode alternatif, terutama bagi keluarga Muslim.
Membaca Al Fatihah reflektif intuitif pada dasarnya adalah membaca yang direfleksikan dalam dirinya secara berulang-ulang. Pembacaan reflektif dan berulang ini dapat memberikan motivasi dan pemahaman pada pembacanya mengenai pandangan terhadap pegangan hidupnya. Diharapkan, mereka dapat meneguhkan pegangan hidup (anchor) kepada Allah. Ketika sudah membaca Al Fatihah, mereka dapat mengembalikan semua hal yang terjadi dalam hidupnya kedalam ketentuan Allah.
Membaca reflektif intuitif berbeda dengan membaca biasa. Untuk membaca reflektif intuitif, seseorang perlu mempersiapkan diri dengan menyucikan diri, yaitu mandi dan berwudu. Seseorang juga perlu melakukan adab membaca kitab suci, seperti mengikhlaskan diri, beristighfar, tawadhu’ atau merendahkan diri.
Setelah persiapan itu, santri kemudian membaca Al Fatihah sebanyak tiga kali secara sendiri-sendiri dengan mengeluarkan suara. Ia dapat memilih tempat yang membuat nyaman. Fasilitator kemudian menjelaskan makna Al Fatihah dan kemudian mengajak subjek untuk melakukan refleksi makna ayat Al Fatihah yang mereka baca kedalam proses kehidupan mereka. Fasilitator kemudian menjelaskan mengenai proses intuitif. Subjek diminta untuk merasakan makna ayat yang mereka baca.
Santri kemudian membaca Al Fatihah kembali sebanyak tiga kali dengan merefleksikan makna tiap ayat dalam kehidupannya. Fasilitator memfasilitasi santri untuk membaca Al Fatihah dengan menghayati ayat per ayat. Pembacaan reflektif intuitif ini dilakukan kembali oleh santri sebanyak 10 kali setiap usai salat Magrib.
Berdasrkan pengukuran depresi, pembacaan Al-Fatihah berkontribusi menurunkan skor depresi dari 17,3 menjadi 10,8. Membaca Al Quran reflektif-intuitif berpengaruh signifikan terhadap penurunan depresi dengan sumbangan efektif sebesar 46%. Hasil ini menunjukkan bahwa membaca Al Fatihah reflektif intuitif dapat menurunkan depresi.
Selain menekan skor depresi, pelatihan membaca Al Fatihah juga bisa meningkatkan imunitas. Mekanisme ini berjalan karena terjadi proses imunodepresi. Imunodepresi terjadi
karena meningkatnya kadar kortisol dalam darah yang diakibatkan gangguan depresi subjek. Indikator imunitas berupa neutrofil dapat mengembangkan jumlah dan fungsinya sesuai dengan kondisi yang ia hadapi saat ini.
Penurunan depresi terjadi karena seseorang pembacaan Al-Fatihah reflektif intuitif memiliki pegangan yang dapat diandalkan. Perasaan ini kemudian menimbulkan perasaan tenang. Seseorang akan memandang positif segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.
Penjelasan itu relevan dengan penyelidikan dari sudut pandang klinis. Pasalnya, ketika penderita depresi sudah memiliki semangat hidup dan stresor kehidupannya telah dimaknai positif maka akan direspons oleh hipotalamus. Imunitas yang tadinya terganggu akibat rusaknya keseimbangan sistem endrokin menjadi terkontrol karena hipotalamus mensekresi realising hormone.
Penjelasan ilmiah ini sangat dekat dengan pesan kyai yang kerap dilagukan dalam tombo ati. Salah satu cara mengobati hati adalah membaca Al-Quran beserta maknanya. Pada konteks ini, membaca Al-Quran tidak hanya melafalkan, melainkan memahami pesan untuk direfleksikan dalam kehidupan pribadi. Dengan memahami dan merefleksikan isi Al-Quran, seseorang bisa memperoleh keyakinan hidup yang lebih kuat. Hidup pun semakin semangat!
-
Muda & Gembira10 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Muda & Gembira9 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Lowongan10 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Muda & Gembira9 years ago
SMS Lucu Mahasiswa ke Dosen: Kapan Bapak Bisa Temui Saya?
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Kampus11 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Kampus13 years ago
Unwahas – Universitas Wahid Hasyim