Connect with us

KEYAKINAN bahwa, Allah SWT tidak akan pernah mengabaikan usaha setiap hambanya, senantiasa menjadi pijakan diri pribadi untuk terus berusaha melakukan yang terbaik. Tak terkecuali dalam proses berjuang, semangat untuk memperoleh kesempatan menempuh pendidikan pascasarjana melalui program Beasiswa Pendidikan Indonesia oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Sebuah tanggungjawab besar yang harus diuji dan dibuktikan bagaimana kita mengabdi serta berkontribusi bagi masyarakat kita dan negeri ini demi kemartabatan bangsa.

Kita tentu ingat ada adagium yang menyatakan bahwa, untuk bermimpi saja kita harus tidur dahulu, apalagi memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan yang seluruh biayanya ditanggung oleh negara. Artinya ini mengisyaratkan kepada kita, bahwa segala sesuatu tidak bisa dicapai secara instan. Semua hal senantiasa berproses harus diupayakan secara maksimal, serius dan kontinyu. Proses inilah yang akan menunjukkan kualitas pribadi kita, layakkah kita memperoleh kesempatan terbaik tersebut. Mampukah kita bertanggungjawab untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat kita.

Proses semacam inilah yang harus kita taklukkan. Iya, sejatinya melawan diri pribadi. Rasa malas, tidak percaya diri, mudah menyerah, hilang motivasi, comfort zone, takut akan ketidakpastian, dan sikap pesimis. Rentetan sikap semacam inilah yang justru menghalangi diri kita untuk maju dan terus berusaha mendapatkan yang terbaik. Bukan teman seperjuangan kita sebagai lawan atau pesaing, melainkan diri pribadi kita yang harus ditaklukan. Guna membuktikan bahwa kita layak memperoleh kepercayaaan dan kesempatan terbaik itu.

Demikian pula perjalanan yang saya lalui dalam berjuang memperoleh beasiswa LPDP. Mempelajari isi buku panduan persyaratan beasiswa setahun sebelum rencana mendaftar untuk periode ke-4 tahun 2015. Semua persyaratan administrasi mulai saya kumpulkan dengan membagi waktu menulis skripsi. Namun terganjal dengan ijazah S-1 yang belum keluar, akhirnya harus mundur untuk mendaftar diperiode ke-1 tahun 2016. Rasa kecewa tentu muncul, namun saya memaknai atas kejadian ini memberikan pesan bahwa saya diberi waktu yang lebih dari cukup untuk mempersiapkan mental dan meningkatkan kualitas diri, disamping berkas-berkas administrasi.

Persiapan memenuhi persyaratan terus saya upayakan, mengambil tes toefl yang harus antri dua bulan kemudian, mengajukan SKCK yang harus antri dua hari (bukan karena pelayanan yang lambat, tetapi calon pengusul yang membludak), memburu surat rekomendasi dari sang profesor yang harus menunggu waktu jeda beliau, hingga tes bebas narkoba yang membuat batin dan fisik tersiksa. Bagaimana tidak, sejak jam 9 pagi sudah dipersilakan untuk masuk ke kamar mandi guna mengambil sampel air seni, namun baru bisa dapat sampel jam 2 siang.

Mari berhitung, berapa kali saya keluar masuk kamar mandi untuk mensuplai air minum guna mendorong air seni cepat keluar dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang. Seingat saya waktu itu saya menghabiskan air mineral 3 botol yang masing-masing berukuran 1,5 liter. Ini adalah pengalaman yang dahsyat, malu untuk diceritakan semestinya. Tetapi, saya ingin menyampaikan bahwa persiapan yang matang adalah sebuah keharusan sebelum kita melakukan sesuatu. Karena dampakanya berpengaruh terhadap hasil.

Layak kita sadari, perjuangan mempersiapkan persyaratan beasiswa LPDP tersebut belum mampu membayar atas kesempatan berharga dan terbaik bagi kita untuk bisa mengenyam pendidikan pascasarjana. Senantiasa berprestasi, terus berkarya, menularkan kebaikan dan berkontribusi bagi masyarakat kita itulah sejatinya yang harus kita bayarkan atas kesempatan baik ini. Sekaligus sebagai rasa syukur atas kesempatan terbaik ini sebagai penerima beasiswa. Bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan kehidupan masyarakat.

Penuhi Batas Minimalnya

Untuk kawan-kawanku yang sedang atau akan berjuang demi mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan pascasarjana melalui beasiswa LPDP, berikut saya berbagi pengalaman semoga bermanfaat. Silakan ditiru lalu modifikasi sesuai dengan kemampuan dan kelebihan diri anda.

Pertama, fokuslah untuk lolos pada tahap pertama yaitu seleksi adminitrasi. Semestinya, berkas yang harus dikumpulkan tidak banyak serta mudah didapatkan. Namun, banyak yang gagal pada tahap ini, karena tidak memenuhi standar minimal. Maka, baca setiap poin dengan cermat dan harus betul-betul memahami.

Kedua, segera urus kelengkapan berkas/dokumen yang dikeluarkan oleh instansi terkait, jauh-jauh hari sebelum batas pengiriman maksimal pada periode tersebut. Hal ini, selain mudah didapat juga memiliki masa kadaluarsa yang cukup panjang, seperti; sertifikat TOEFL, SKCK, surat bebas narkoba, dan surat keterangan sehat. Jadi, setelahnya anda bisa fokus mempersiapkan berkas yang lain.

Ketiga, mintalah nasehat, petunjuk dan rekomendasi kepada pihak yang betul-betul mengenal diri anda. Hal ini sering menjadi kelucuan, kita kadang berfikir minta rekomendasi kepada orang yang terkenal, punya jabatan tinggi dan sejenisnya. Padahal orang tersebut tidak megenal kita. Lalu bagaimana orang tersebut bisa memberikan penilaian tentang diri kita?. Tidak menjadi jaminan pula, saat direkomendasikan oleh orang yang terkenal atau punya jabatan tinggi kemudian lolos begitu saja. Jadi, mintalah kepada pihak yang benar-benar mengenal track record kita, bisa dosen pembimbing, atasan ditempat kerja, atau ketua RT tempat kita tinggal.

Keempat, pahami betul seluk-beluk program studi yang akan diambil pada program pascasarjana. Akreditasi program studi, visi-misi, dosen, mata kuliah, outcome lulusan, sarana-prasarana, dan sejenisnya. Hal ini, menjadi modal utama dalam penulisan rencana studi yang akan ditempuh sepanjang program. Jabarkan dengan detail, mulai latar belakang mengambil program studi tersebut, apa pentingnya bagi masyarakat, mata kuliah apa saja yang akan diambil, apa rencana tesis atau disertasi yang akan ditulis, selama mejalani perkuliahan apa yang akan dilakukan, kegiatan apa yang akan dilakukan diluar aktivitas kuliah, dan setelah selesai program pascasarjana mau beerbuat apa.

Kelima, jadilah diri sendiri. Renungi dan putar balik memori perjalanan kehidupan sejak anak-anak hingga sekarang. Kejadian atau pengalaman apa yang sangat membekas dan itu mempengaruhi dalam kehidupan yang membawa bertambahnya kebaikan dan kemajuan. Hal ini, bisa menjadi ide dasar dalam penulisan essay. Uraikan dengan detail, keterkaiatan “diri anda” yang mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Keenam, lampirkan pula sertifikat-sertifikat pendukung. Tidak penting level atau tingkatan sertifikat tersebut, yang penting adalah konten atau subtansi kegiatan yang anda ikuti. Selamat berjuang-juang ria.

Semoga lolos ke-tahap selanjutnya yaitu seleksi subtantif. Sampai jumpa pula pada tips tahapan seleksi tersebut. Nantikan!

Yakinilah, tidak ada persoalan yang lebih serius selain persoalan hidupmu dan masyarakatmu. Ayo taklukkan sang pribadi!.

Achmad Farchan, penerima Beasiswa BPI LPDP, Program Magister Teknologi Pembelajaran UNY

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending