Connect with us

Ada seorang artis yang memutuskan melapas hijab. Lalu ada ustaz yang mengomentari bahwa itu bukan keputusan baik sehingga jangan ditiru.

Dua hal itu sebenarnya perkara sederhana.

Di luar persoalan gejolak spiritualnya, artis memang perlu berstrategi menyita perhatian publik. Sementara ustaz, ya memang tugasnya menjelaskan kepada umat mana perkara baik dan kurang baik menurut tafsir keagamaannya.

Tetapi persoalan itu jadi besar karena kesalahpahaman. Dua orang itu didudukkan secara berhadap-hadapan, satu protagonis dan lainnya antagonis. Siapa protagonis dan siapa antagonis? Orang memiliki kriteria penilaian yang berbeda satu sama lain.

Persoalan itu hampir saja jadi urusan banyak orang karena dieksploitasi industri gosip: infotainment dan blogger pendulang klik.

Persoalan pun diseret ke mana-mana, dengan berbagai tudingan dan spekulasi. Ada yang menyeret keputusan Rina sebagai ekspresi sekularitas. Ada yang berspekulasi bahwa perempuan itu pindah agama.

Di sisi lain, ucapan Ustaz Somad pun ditarik ke mana-mana biar makin riuh dan menarik perhatian. Ucapannya dianggap sebagai penghinaan terhadap perempuan, penghinaan terhadap makhluk Tuhan, dan spekulasi lain.

Spekulasi yang disajikan industri gosip itu berhasil: banyak orang terseret, memperhatikan perbedaan pandangan itu seolah-olah sebagai sesuatu yang besar dan penting. Ribuan orang berkomentar, berbagi link, sehingga lalu lintas kunjungan ke website tertentu juga naik.

Padahal, itu persoalan sederhana.

Keputusan Rina melepas hijab adalah keputusan pribadi.
Komentar Ustaz Somad adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai mubaligh.

Sudah. Begitu saja. Selesai.

Rahmat Petuguran

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending