Connect with us

Wonosobo – Virus corona tidak hanya merenggut korban jiwa tetapi juga mengubah cara hidup jutaan manusia di dunia. Situasi pandemi ini memaksa manusia untuk mengikuti hukum alam yakni adaptasi atau mati. Sejumlah kebijakan ditetapkan oleh pemerintah Indonesia guna meminimalisir penyebaran virus corona, salah satunya dengan menerapkan kuliah daring semenjak pertengahan Maret 2020.

Hasil Survey Pembelajaran Dari Rumah yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa sebanyak 89,17 persen mahasiswa merasa jika pembelajaran tatap muka lebih baik dibandingkan dengan kuliah daring.

Hendra Wahyu Alamsyah, selaku Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyatakan bahwa ia lebih menyukai kuliah luring dibandingkan dengan kuliah daring. Hal ini dikarenakan banyak kendala yang dialami, diantaranya terkait banyaknya tugas dan kesulitan memahami materi.

“Dosen saya beberapa hanya memberikan tugas setiap pertemuan, dan bagi saya itu kurang dapat membuat mahasiswa paham akan maksud dari yang dosen inginkan”, ujarnya Senin (18/05/2020).

Hal senada disampaikan oleh Ditya Febriana, Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNNES. Ia mengaku lebih menyukai pembelajaran tatap muka karena bisa mendengarkan penjelasan dosen secara langsung sehingga lebih memahami materi yang disampaikan.

“Kuliah online cukup berat menurut saya, selain karena kesulitan memahami materi, terkadang ada dosen tertentu yang memberi tugas diluar jam kuliah. Apalagi dirumah sering susah sinyal”, tuturnya saat diwawancarai via Whatsapp, Kamis (21/05/2020).

Pada sistem pembelajaran daring, tidak cukup jika hanya menyiapkan prasarana berupa kuota internet dan platform aplikasi. Ada tuntutan yang lebih sulit yakni kesiapan SDM dalam menghadapi sistem ini. Intinya, kesuksesan pembelajaran daring bergantung pada kerjasama semua pihak.

Semua orang harus belajar nyaman dari ketidaknyamanan yang ada di ekosistem pendidikan semasa pandemi Covid-19. Perlu adanya inovasi pembelajaran agar bisa mengatasi tantangan yang dihadapi di tengah pandemi.

Demikian yang diungkapkan Iwan Syahril, Staff Khusus Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pembelajaran dalam konten Youtube berjudul “Bangun Dunia Pendidikan Baru dengan Belajar Tak Hanya di Sekolah” yang diunggah oleh kanal Televisi Edukasi News pada Selasa (19/05/2020).

Sementara itu, menurut Hendra ada beberapa hal yang harus dilakukan demi terwujudnya pembelajaran daring yang efektif. Diantaranya memperbarui kontrak kuliah, memodifikasi ulang rencana pembelajaran, dan merubah sistem penilaian.

“Sebaiknya dosen bersama mahasiswa menyepakati kontrak kuliah baru karena dalam perkuliahan daring ini jelas terdapat hambatan yang berbeda dari pada perkuliahan pada umumnya. Rencana pembelajaran juga perlu dimodifikasi untuk menyesuaikan proporsi penugasan dengan kapasistas tenaga dari dosen dan mahasiswa. Selain itu dosen bisa memilih asesmen yang sesuai dengan modifikasi tugas yang diberikan. Misalnya untuk penugasan mata kuliah microteaching dosen tidak perlu menilai kualitas video, tetap fokus pada penilaian mengajar saja”, pungkasnya.

 

[ Nanda Meilania ]

Berita ini merupakan hasil latihan peserta mata kuliah jurnalistik Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan  FIP UNNES.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending