Connect with us

Oleh : Ninda Novita Arieani

Presiden Joko Widodo, mengeluarkan kebijakan baru yaitu new normal atau pola hidup baru untuk menjalankan kehidupan ditengah pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Kebijakan ini gencar diwacanakan oleh presiden agar Indonesia tetap produktif dan tidak terpuruk dalam masalah baru dari dampak wabah seperti krisis ekonomi, ketahanan pangan dan pendidikan. Presiden mengatakan kedisiplinan dari masyarakat adalah kunci dari penerapan kehidupan baru ini. Kebijakan ini akan berlaku mulai 1 juni 2020, yang siap diterapkan di 4 provinsi dan 25 Kabupaten/Kota. Dengan harapan bisa berjalan sesuai dengan apa yang ditargetkan.

Dikutip dari kompas.com (27/05/20), menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, prinsip utama dari itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. Adapun protokol kesehatan untuk menyambut new normal berdasarkan informais yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini yaitu, jaga kebersihan tangan, jangan menyentuh wajah, terapkan etika batuk dan bersin, pakai masker, jaga jarak, isolasi mandiri dan jaga kesehatan.

New normal ini merupakan upaya pemerintah untuk memulihkan perekonomian Indonesia yang telah lama menurun. Terlebih lagi sudah banyak masyarakat yang sudah dipecat dari pekerjaannya, sehingga tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemerintah berharap agar new normal ini dapat mengembalikan kondisi ekonomi Indonesia, tanpa adanya penularan virus dengan mematuhi protokol yang sudah ditetapkan.

Suryohadiprojo (1989) mengemukakan, niat untuk menaati peraturan merupakan suatu kesadaran bahwa tanpa didasari unsur ketaatan, tujuan organisasi tidak akan tercapai.

Begitu pula dengan new normal ini, jika masyarakat ingin tetap mendapatkan penghasilan dan mulai beraktivitas kembali, mereka harus menaati protokol kesehatan sesuai himbauan dari pemerintah. Jangan sampai kita menjadi egois dan ingin mendapatkan keuntungan sendiri. Kita harus sadar bahwa apa yang kita lakukan itu akan berdampak pula bagi orang lain.

Karena, ketaatan yang sangat baik dari masyarakat membuat kebijakan ini berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jika ada masyarakat yang masih “ngeyel” dan tidak mematuhi aturan protokol kesehatan, new normal ini bisa menjadi puncak pandemi yang sangat mengerikan.

Kehidupan baru ini harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian, tanpa mengurangi tujuan dari kebijakan tersebut. Belajar saling menghargai dan mengontrol diri itu menjadi hal yang utama dalam penerapannya. Beradaptasi dengan suasana dan aturan-aturan yang baru akan terasa sulit pada awalnya. Namun, jika sudah terbiasa menjalankan semuanya dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, maka akan mudah untuk melanjutkan kehidupan seterusnya.

Pemerintah juga harus menindak tegas bagi pelanggar protokol kesehatan pada penerapan new normal . Jangan sampai kebijakan ini menimbulkan ketakutan dimasyarakat yang tengah mengarantina diri demi kesehatan. Pemerintah harus bisa menjadikan new normal ini sebagai adaptasi baru yang aman dan terkontrol. Selain itu, untuk meminimalisir risiko penularan perlu adanya pengecekkan secara massif seperti, rapid test, swab test, dan penelusuran terhadap pasien yang terdampak.

Kemudian, pemerintah harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat secara detail bagaimana protokol kesehatan yang dilakukan, dan langkah-langkah menerapkan new normal ini dengan baik. Sehingga, tidak terjadi pelanggaran dengan alasan tidak mengetahui kebijakan yang telah diterapkan tersebut.

Sejatinya, pemerintah menginginkan kembalinya perekonomian Indonesia yang menjadi lebih baik tanpa adanya penambahan pasien baru. Walaupun kebijakan ini terkesan meningkatkan ekonomi dan mempertaruhkan keamanan masyarakat, tetapi jika dilakukan dengan kesadaran dan ketaatan yang tinggi dari masing-masing individu maka tujuan dari new normal ini bisa tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Semoga.

[Ninda Novita Arieani]

Artikel opini ini hasil latihan mahasiswa peserta mata kuliah Jurnalistik dari jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNNES

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending