Connect with us

Oleh : Ahmad Abdullah Mu’afa

Pandemi COVID-19 mengakibatkan dampak yang nyata bagi masyarakat. Pembatasan aktifitas berkaitan dengan upaya pencegahan penyebaran virus yang semakin masif. Jaga jarak, pakai masker, hingga cuci tangan pakai sabun termasuk didalam upaya pencegahan tersebut. Merawat diri dengan melakukan kegiatan yang bertujuan menjaga stabilitas imun dan kesehatan tubuh juga perlu dilakukan. Salah satunya dengan berolahraga. Intensitas aktivitas pekerjaan yang sedikit berkurang seiring masa pandemi ini menyebabkan banyaknya waktu luang atau sengaja meluangkan waktu untuk berolahraga.

Belakangan ini sering dijumpai dijalanan baik itu pagi, siang, sore, bahkan malam hari ada sekelompok orang maupun individu yang bersepeda dijalanan. Fenomena ini bisa dikatakan latah bersepeda mengingat bukan hanya di suatu daerah saja, melainkan sudah banyak fenomena semacam ini di daerah lain. Entah sebuah kebetulan atau bukan, bagi sebagian orang bersepeda adalah cara mereka untuk berolahraga seiring masa menuju New Normal ini.

Tetapi, tidak sedikit juga yang bersepeda hanya untuk ikut-ikutan saja karena sedang naik daun. Hal ini tentunya mendapatkan beragam respon dari masyarakat lain. Mengingat meskipun saat ini sedang menuju kehidupan New Normal, tetapi tetap harus melakukan upaya preventif yang salah satunya pembatasan aktivitas berkerumun atau diluar rumah tanpa suatu hal yang bersifat penting.

Jika dilihat dari fenomena bersepeda tersebut yang justru disaat seperti ini malah banyak bermunculan komunitas-komunitas baru sesama Goweser (sebutan bagi para pesepeda), bukan tidak mungkin aktivitas berkerumun di suatu tempat singgah atau kemana tujuan pesepeda tersebut akan terjadi. Belum lagi tentang pemakaian masker saat bersepeda. Banyak perdebatan mengenai penggunaan masker saat berolahraga terutama bersepeda ini.

Dilansir dari laman Who.Int (5/6/2020), bahwa tujuan pemakaian masker pada masyarakat umum adalah mencegah pemakai yang terinfeksi menyebarkan virus. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa penggunaan masker saat berolahraga juga mempunyai ketentuan tersendiri.

Hal ini dijelaskan dokter spesialis olahraga Michael Triangto yang dikutip dari laman cnnindonesia.com (2/6/2920), merekomendasikan penggunaan masker pada olahraga berintensitas ringan hingga sedang tetapi tidak dianjurkan untuk olahraga berat. Menurut pengalaman penulis untuk bersepeda bisa dikatakan sebagai olahraga dengan intensitas ringan jika melalui jalan mendatar atau hanya untuk mencari keringat di jalanan kota. Berbeda jika bersepeda dengan jarak tempuh yang sangat jauh atau di jalanan menanjak sehingga pernafasan tidak teratur dan detak jantung sangat cepat, ini bisa dikategorikan olahraga dengan intensitas berat. Meskipun demikian, pesepeda hendaknya tetap menggunakan maskers saat bersepeda entah itu intensitas ringan maupun berat.

Seperti pernyataan dokter Dhany Kartika Sari yang dikutip dari laman portalsepeda.com (1/6/2020), juga menjelaskan, biasanya hal yang terjadi yakni kurangnya masuk oksigen saat memakai masker karena ditambahkan lagi lapisannya. Ketika pernafasan sudah mulai tidak stabil dapat melepas masker untuk memberikan oksigen lebih dari luar.

Atas dasar tersebut ada beberapa rekomendasi cara preventif untuk para pesepeda yang ingin berolahraga ditengah pandemi ini. Pertama, memakai masker meskipun hanya intensitas ringan saja. Jika dirasa mulai merasakan sesak nafas bisa dilepas. Kedua, jaga jarak setidaknya 1-2 meter dengan pesepeda lain didepan dan belakang dengan posisi berbanjar, tidak berjajar yang mengganggu penggguna jalan lainnya. Ketiga, gunakanlah peralatan keselamatan bersepeda seperti helm dan sarung tangan.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari fenomena bersepeda yang terjadi dimasa pandemi ini. Asalkan para goweser tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Mengingat meskipun sudah dimasa menuju kehidupan New Normal tetapi angka terinfeksi virus semakin meningkat di setiap daerah. Selain faktor pencegahan virus, hendaknya juga pesepeda memperhatikan faktor sosial yang ada.

Tidak jarang akhir-akhir ini banyak beredar di media massa mengenai etika para pesepeda di jalanan atau di suatu tempat. Ada yang berjajar di jalan raya hingga menutupi akses kendaraan lain yang akan mendahului, sampai juga ada yang membawa masuk sepeda ke dalam tempat makan padahal sudah disediakan tempat parkir tersendiri. Hal-hal semacam ini malah menjadikan fenomena bersepeda seakan hanya menjadi tren belaka. Meskipun berbagai masalah yang timbul akibat fenomena latah bersepeda ini, tetapi kita harus tetap patuh terhadap aturan yang berlaku dan beretika dalam bersepeda ditengah masyarakat.

 

(Ahmad Abdullah Mu’afa)

Opini ini merupakan hasil belajar peserta mata kuliah Jurnalistik dari Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNNES.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending