Connect with us

News

Gandeng Rumah Kreatif Wadas Kelir, Tim Pengabdian kepada Masyarakat UNNES Ajak Generasi Muda Melek Ekoliterasi dan Sastra Hijau

Published

on

Tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) berkolaborasi dengan Rumah Kreatif Wadas Kelir untuk mengajak generasi muda agar lebih melek terhadap ekoliterasi dan sastra hijau.

Melalui program ini, mereka berupaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan dan sastra yang berkelanjutan. Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat lokal. Kegiatan tersebut dilakukan di aula Rumah Kreatif Wadas Kelir RKWK yang berlokasi di jalan Wadas Kelir RT 7 RW 5 Kelurahan Karangklesem Purwokerto pada Sabtu 18 Mei 2024.

Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK) sebagai mitra dalam program ini merupakan lembaga nonprofit yang berdedikasi dalam meningkatkan literasi dan apresiasi terhadap sastra di kalangan masyarakat. Komunitas ini tidak hanya memiliki relawan pustaka yang aktif dalam kegiatan promosi literasi, tetapi juga berkolaborasi dengan berbagai lapisan masyarakat untuk menyebarkan nilai-nilai sastra, budaya, dan lingkungan.

Dalam kegiatan tersebut, Heru Kurniawan selaku Founder RKWK hadir. Selain itu, relawan RKWK serta mahasiswa dari berbagai kampus di Purwokerto ikut dari awal hingga akhir acara. Tommi Yuniawan dan tim memaparkan materi tentang ekoliterasi, sastra hijau, dan kegiatan menulis antologi puisi sastra hijau.

Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat UNNES, Tommi Yuniawan dalam sambutan pembukaan acara menyatakan generasi muda perlu mengetahui ihwal ekoliterasi agar mampu menjaga kelestarian bumi beserta isinya.

“Masyarakat Indonesia menghadapi berbagai permasalahan lingkungan sehingga mengancam ketersediaan pangan. Ancaman tersebut bisa berdampak pada makanan tradisional Indonesia, salah satunya, lunpia. Makanan khas Semarang yang dibuat dari rebung itu mungkin punah bila tidak ada lagi rebung atau bambu muda,” ujar Tommi Yuniawan.

“Langkah ekoliterasi dengan membentuk wadah rumah ekoliterasi konservasi, membangun pemahaman istilah-istilah konservasi, menumbuhkan budaya literasi, dan membudayakan gerakan ekoliterasi harus mulai ditanamkan pada generasi muda,” tutur Tommi Yuniawan.

Senada dengan Tommi, Meina Febriani selaku anggota tim pengabdian menyatakan bahwa sastra hijau merupakan bentuk sastra yang mampu meningkatkan kesadaran pembaca tentang pentingnya kelestarian bumi beserta isinya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut memantik peserta menulis puisi mengenai sastra hijau. Hal tersebut direspons baik oleh tim dengan menampung karya puisi dari tiap peserta. Karya-karya tersebut akan dibukukan dalam bentuk buku antologi puisi. Teknis penulisan antologi puisi sastra hijau disampaikan oleh Rio Anugrah Rizkiansyah sekaligus menutup acara.

Penulis : Rio Anugrah Rizkiansyah

Rahmat Petuguran adalah pemimpin redaksi PORTALSEMARANG.COM. Selain aktif di dunia jurnalistik, ia juga aktif menjadi peneliti bahasa. Sebagai peneliti bahasa ia menekuni kajian sosiolinguistik dan analisis wacana. Kini sedang melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora (Linguistik) Universitas Gadjah Mada.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending