Connect with us

Kalau banjir yang parah ini dikelola cuma untuk menyalahkan pemerintah secara parsial, kita tak akan mendapat apa-apa selain kebencian dan fanatisme yang makin menggumpal.

Sikap itu akan mendomestikasi persoalan. Membuat kita makin kabur dalam melihat masalah. Juga makin gamang menentukan solusi yang mungkin kita pilih.

Sebagai institusi kolektif yang dibentuk dengan limpahan kekuasaan besar, pemerintah memang punya tanggung jawab paling besar pula.

Tapi dalam beberapa hal, menyalahkannya sama tidak bermaknanya dengan mengharapkannya sebagai penyelesai masalah.

Bencana sedahsyat ini baiknya digunakan untuk merefleksikan kembali cara pikir dan cara bertindak kolektif kita sebagai bangsa – juga sebagai manusia- dalam rentang peradaban yang lebih luas.

Sebagai bangsa kita mungkin gagal mendidik diri bersikap ramah kepada Tanah Air yang konon kita cintai ini.

Kegagalan itu mungkin bermula dari kekeliruan menetapkan orientasi berbangsa, kekeliruan dalam memaknai “kemajuan” dan “kesejahteraan” yang kelewat materialistik.

Kekeliruan itu mendorong tindakan ekploitatif yang mengerikan. Membuat kita berani menentang keseimbangan ekologi yang dibentuk alam secara hati-hati dan perlahan selama jutaan tahun.

Sebagai manusia kita mungkin juga tersesat dalam menetapkan prioritas hidup.

KIta terobsesi untuk selalu merasa puas, selalu merasa bahagia, selalu merasa nikmat. Obsesi itu mengubah relasi manusia dan alam menjadi tidak adil.

Dorongan itu melahirkan tindakan eksploitatif, memaksa lingkungan memenuhi ketamakan gigantis kita yang tiada habisnya.

Bisakah kita mengakui bahwa bencana ini adalah kesalahan bersama kita sebagai bangsa dan manusia?

Beranikah kita mengakui bahwa kita telah salah jalan dalam mengembangkan peradaban?

Beranikah kita berbalik arah untuk mengoreksi tindakan-tindakan keliru yang selama berabad-abad telanjur dinormalkan?

Rahmat Petuguran

Sumber gambar: liputan6.com

Rahmat Petuguran adalah pemimpin redaksi PORTALSEMARANG.COM. Selain aktif di dunia jurnalistik, ia juga aktif menjadi peneliti bahasa. Sebagai peneliti bahasa ia menekuni kajian sosiolinguistik dan analisis wacana. Kini sedang melanjutkan studi di Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora (Linguistik) Universitas Gadjah Mada.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending