Connect with us

Kalian pernah terjebak macet? Pasti menyebalkan kan? Kemacetan telah menjadi masalah massal bagi warga perkotaan. Hampir semua kota besar di Indonesia mengalami masalah ini. Jumlah kendaraan terus meningkat, tidak diimbangi pelebaran jalan. Hasilnya: jalanan dipenuhi kendaraan, lajunya tersendat, bahkan terhenti sama sekali.

Kemacetan tidak hanya terjadi di kota-kota utama seperti Jakarta dan Surabaya. Di kota peringkat  lima ke atas seperti Semarang dan Yogyakarta, kemacetan juga sering terjadi. Di Semarang, misalnya, kemacetan sering terjadi di Jalan Pandanaran, Jalan Pemuda, dan beberapa jalan lain.

Ada berbagai teknologi, baik yang masih proses rancangan maupun yang sudah selesai, untuk mengatasi masalah ini. Yang sangat populer adalag Google Maps. Teknologi besutan Google Corporation ini kini dilengkapi dengan fitur kemacetan. Jalan-jalan yang macet ditandai dengan warna merah. Adapun jalan yang padat diberi tanda berwarna kuning.

Dengan teknologi ini, pengendara bisa tahu ruas jalan mana yang macet. Dengan begitu, pengendara bisa mencari jalan alternative agar tidak terjebak kemacetan.

Selain Google Maps, ada juga aplikasi yang kini cukup populer. Namanya Waze. Teknologi ini unggul karena memiliki database jalan alternatif yang cukup baik. Kalau jalan tertentu macet, kita bisa cari jalan lain untuk mencapai tujuan yang sama.

Akhir tahun 2014 lalu Pemerintah DKI Jakarta bekerja sama dengan Waze. Data yang dimiliki pemerintah akan digabungkan dengan data Waze. Kerja sama ini akan memberi informasi yang lebih komplit. Semua hal yang terjadi di jalan, mulai dari kondisi jalan, kemacetan, kecelakaan lalu lintas, dan lokasi polisi tersedia di layanan ini.

Kedua teknologi ini bisa lazimnya digunakan oleh pengguna jalan. Nah, untuk membantu otoritas pengatur lalu lintas, ada teknologi bernama Plato atau Penghitungan dan Pencatatan Volume Lalulintas Otomatis.  Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) sejak 2006 lalu.

Dengan teknologi ini, volume kendaraan di ruas jalan tertentu bisa dipantau. Informasi ini bermanfaat bagi otoritas pengelola jalan seperti Dinas Perhubungan atau Polisi Lalu Lintas bisa memperoleh data  lalu lintas yang akurat, cepat dan berkesinambungan. Alat ini tidak hanya bisa menghitung mobil, tetapi juga sepeda motor. Bahkan dalam pengembangan untuk versi berikutnya, teknologi ini bisa mendeteksi kendaraan sampai dengan 5 klasifikasi kendaraan.

Menurut Agus Puji Prasetyono, karakteristik kemacetan di kota satu dengan lain berbeda. Perbedaan sebab membuat teknologi yang diperlukan juga berbeda. Selain volume kendaraan yang tidak diimbangi kapasitas jalan, kemacetan juga sering terjadi pada perlintasan sebidang. Misalnya, di pertigaan, perempatan, atau perlintasan kereta api.

Oleh karena itu, masalah kemacetan tidak cukup dilakukan dengan rekayasa lalu lintas. Beberapa negara melakukan kebijakan yang lebih mendasar untuk mengatasi akar masalah.

Malaysia, kata Agus, mengatasi kemacetan dengan memindahkan pusat pemerintahan dari Kuala Lumpur ke Putrajaya. Malaysia juga membangun sistem transportasi bus dan kereta api secara terintegrasi, menciptakan KL Sentral menjadi tempat pertemuan berbagai moda transportasi dalam satu kawasan, membuat sub way, transportasi massal, serta pengelola menyediakan tiket murah penggunaan bulanan yang membuat masyarakat menjadi mudah beraktivitas

Singapura punya strategi lain lagi. Mereka mengatasi kemacetan dengan menerapkan sistem pajak yamg mahal dan harga pasar yang tinggi terhadap kendaraan bermotor. Masyarakat hanya boleh menggunakan mobil yang sama selama 10 tahun, dan bahkan menerapkan biaya parkir yang sangat mahal. Ini membuat orang harus berpikir berkali-kali kalau mau beli kendaraan pribadi.

Solusi yang ditawarkan Singapura itu hanya bisa efektif jika pemerintah bisa membangun transportasi publik yang memadai. Misalnya, menyediakan bus yang murah dan nyaman. Atau, menyediakan kereta api bawah tanah dalam kota yang menghubungan pusat-pusat kegiatan warga. Dengan begitu, warga tidak perlu bawa mobil sendiri kalau mau bepergian. Rahmat

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending