Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX akan dimulai pada 17 September 2016. Atlet-atlet andalan dari berbagai daerah akan berlaga dalam pesta olahraga tingkat negara itu. Melalui event itu, negara ingin mendorong prestasi olahraga, sekaligus menyatukan rakyatnya.
Memang, sejak PON pertama di gelar pada 1948, ada tujuan politik dalam pesta olahraga ini. Sebagai negara yang baru berdiri, Indonesia perlu aktivitas yang memungkinkan rakyatnya merasa dipersatukan. Olahraga dapat menampung tujuan itu karena, selain memunculkan semangat kompetitif, juga memunculkan semangat persatuan.
Jika masing-masing daerah memiliki kesempatan berpartisipasi dalam event olahraga, daerah-daerah itu merasa menjadi bagian dari sebuah negara. Rasa seperti itu penting agar negara semakin kokoh, rakyatnya dipersatukan oleh rasa saling memiliki.
Hubungan politik dan olahraga bukan hanya tergambar dalam PON. Pesta olahraga antarnegara juga memiliki motif politik. Melalui olahraga, manusia mencoba membangun persahabatan sesama penghuni dunia. Kerap kali, olahraga dapat meredakan ketegangan yang melekat di antara negara-negara yang berkonflik.
Lihatlah, misalnya, pada Olimpiade Rio de Jeneiro 2016b lalu. Salah satu momen paling diingat publik adalah selfi antara atlet senam dan Korea Utara dengan atlet senam Korea Selatan. Lee Eun-ju dari Korea Selatan terlihat bercakap akrab dengan Hong-un Jong dari Korea Utara. Keduanya bahkan terlihat saling tersenyum ketika melakukan percakapan. Padahal negara mereka masih terlibat perang hingga saat ini.
Meski demikian, ada kalanya pesta olahraga justru memperuncing permusuhan. Dalam Olimpiade Moskow pada 1980, sejumlah negara memilih tidak ambil bagian. Ada 57 negara yang memboikot pesta olahraga itu, termasuk Indonesia, sebagai protes terhadap invansi Uni Soviet di Afghanistan. Boikit dipelopori oleh musuh bebuyutan Uni Soviet: Amerika Serikat.
Kondisi itu turut membuat Perang Dingin antara dua negara adidaya itu tidak lagi dingin, justru memanas. Sentimen antara blok timur yang dimotori Uni Soviet dengan blok Barat yang dipimpin Amerika semakin meninggi. Dunia terbelah ke dalam dua kekuatan besar. Tentu saja ini memicu kekhawatiran terhadap pecahnya perang akbar ketiga.
Aspek politik juga kental dalam penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces (Ganefo). Event olahraga ini digagas oleh Presiden Soekarno sebagai tandingan bagi Olimpiade. Selain sebagai penggagas, Indonesia sukses menajdi tuan rumah. Sebanyak 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin berpartisipasi.
Ganefo pernah kembali diselenggarakan untuk kali kedua pada 1966. Awalnya diselenggarakan di Kairo, Mesir. Namun karena pertimbangan politik, lokasi dipindahkan ke Pnom Penh, Kamboja. Tapi jumlah eserta yang berpartisipasi turun drasti, menjadi hanya 17 negara saja. Pada 1970 event itu direncanakan digelar lagi, tapi gagal. Ganefo bubar.
Bagi hampir semua negara, olahraga dimanfaatkan sebagai sarana pemersatu bangsa. Tujuan ini tampaknya berhasil. Pasalnya, kompetisi olahraga bisa membuat warga negara merasa terlibat. Atlet-atlet diasumsikan sebagai wakil bagi daerah atau entitasnya.
Lihat betapa hebohnya sambutan publik Indonesia terhadap Tantowi Yahya dan Lilyana Natsir ketika keduanya memperoleh emas di Olimpiade 2016. Setiba di Tanah Air, keduanya dielu-elukan sebagai pahlawan olahraga. Mayoritas masyarakat Indonesia merasa bangga dengan capaian keduanya. Orang-orang yang sama sekali tak memiliki kepentingan dengan olahraga pun, merasa bahwa Owi dan Butet mengangkat harkat dirinya.
Di tingkat lebih kecil, bisakah olahraga untuk memperkuat perstuan komunitas? Bisa. Lihat saja saat pertandingan olahraga di kampung. Ada keseruan, ada kegembiraan, ada kegotongroyongan. Warga satu dengan lainnya bersemuka, saling sapa. Bagaimana di sekolah? Class meeting adalah salah satunya. Wakil-wakil dari tiap kelas mewakili identitas kelasnya. Pada saat yang sama, ia membuat jalinan yang lebih erat dengan teman satu sekolah. Rahmat
Sumber foto: bbc.com
-
Muda & Gembira10 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Lowongan10 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Muda & Gembira10 years ago
SMS Lucu Mahasiswa ke Dosen: Kapan Bapak Bisa Temui Saya?
-
Muda & Gembira11 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Muda & Gembira10 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Kampus11 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Muda & Gembira11 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Kampus13 years ago
Unwahas – Universitas Wahid Hasyim