Tim PPK Ormawa DPM FBS UNNES Dampingi Warga Lestarikan Budaya Lokal

Komitmen Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam mendukung pelestarian budaya lokal kembali diwujudkan melalui kegiatan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa).

Untuk mewujudkan itu, Tim DPM Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) melakukan pendampingan selama empat bulan pada sanggar seni di Lemah Ireng, Kabupaten Semarang, yang menjadi pusat kegiatan budaya dan edukasi seni tradisional.

Acara sosialisasi ini mengusung semangat kolaboratif antara kampus, pemerintah desa, dan pegiat seni sebagai bagian dari upaya penguatan identitas desa budaya. Kegiatan dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FBS UNNES, Dosen Pendamping PPK Ormawa FBS, Dosen Pembina DPM FBS UNNES, dan Kepala Desa Lemah Ireng, yang turut memberikan sambutan dan menyampaikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Lemah Ireng menyampaikan harapan besar agar kehadiran mahasiswa tidak hanya membawa semangat baru bagi sanggar, tetapi juga mendorong regenerasi pelaku seni dan budaya di desa.

“Desa Lemah Ireng sangat potensial pada aspek budaya, kami bangga karena desa kami menjadi lokasi program pemberdayaan ini. Kehadiran adik-adik mahasiswa dari FBS UNNES menjadi energi baru dalam proses pelestarian budaya desad,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Dekan Akademik dan Kewmahasiswaan FBS UNNES menekankan bahwa program ini merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang pengabdian kepada masyarakat.

“Mahasiswa belajar dari masyarakat, dan masyarakat terbantu melalui inovasi serta ide-ide kreatif mahasiswa.” tuturnya.

Tim PPK Ormawa DPM FBS UNNES dalam kegiatan ini menyampaikan sosialisasi program kerja yang akan berlangsung selama empat bulan, mencakup berbagai aspek pengembangan desa budaya.Beberapa agenda utama yang akan dilakukan meliputi: pelatihan alih wahana foklor, pelatihan literasi digital, pelatihan menajemen seni pertunjukkan, dan pementasan  Sendratari Caracaning Nata.  

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi terbuka yang melibatkan semua unsur: perangkat desa, pegiat seni, dosen, dan mahasiswa. Forum ini menjadi ruang aspirasi yang mempertemukan berbagai perspektif untuk merumuskan langkah-langkah strategis ke depan.