Connect with us

Dua jurnalis cum wartawan, satu jurnalis, seorang linguis, dan seorang penulis fiksi berbicara bahwa dirinya sangat bahagia menyambut lahirnya Tesamoko Tesurus Bahasa Indonesia Edisi Kedua.

Orang-orang itu hadir ketika Tesaurus Bahasa Indonesia Edisi Kedua karya Eko Endarmoko itu diluncurkan, Senin (23/5) di Jakarta. Mereka berbicara di depan ratusan orang yang datang menyaksikan kelahiran “anek kedua” Eko Endarmoko itu.

Wartawan dan sastrawan Seno Gumira Ajidarma tesaurus penting baginya, juga mungkin banyak orang di Indonesia, lantaran bahasa bukan tentang bagaimana sesecara teknis lambang digunakan untuk keperluan komunikasi. Lebih dari itu, ia menganggap bahasa adalah tentang ketahanan dan keamanan. Namun, ketahanan dan keamanan itu berkaitan dengan sesuatu yang hanya ada dalam pikiran.

Apa yang Seno ungkapkan kemudian dilengkapi Goenawan Mohamad. Dia, seperti saya duga, akan berbicara tentang novel legendaris penulis asal Inggris George Orwell berjudul 1984. Novel ini berkisah tentang kekuasaan distopia yang antara lain dilakukan dengan politik bahasa yang ketat. Goenawan melihat, semakin bahasa digunakan sebagai alat kekuasaan, bahasa justru menjadi semakin miskin. Karena itu, kamus dalam rezim Bung Besar selalu semakin tipis dari edisi ke edisi.

Penulis Dewi “Dee” Lestari membuat kategori yang menarik, ketika menyapa hadirin. Katanya, ada dua tipeorang yang memerlukan tesaurus, yakni mereka yang memerlukan dan mereka yang menyayangi bahasa Indonesia.

Dua tipe pengguna ini berbeda. Yang pertama menggunakan tesaurus untuk keperluan praktis, membantunya menemukan kata dan istilah yang tepat. Yang kedua, adalah orang-orang yang mungkin merasakan ikatan batin dengan bahasa Indonesia. “Saya awalnya tipe pertama, tetapi ini dua-duanya.”

Pemimpin Redaksi majalah Tempo Arif Zulkifli tidak datang, tetapi ia menyapa melalui rekaman testimoni. Begini komentarnya – kurang lebih: dalam dunia wartawan, ada satu aib yang sebisa mungkin harus kami hindari, yaitu pengulangan kata. Menggunakan kata berulang-ulang membuat tulisan menjadi kaku dan membosankan. Karena itulah kita memerlukan tesaurus.

Ungkapan-ungkapan itu tentu lazim meluncur dalam peluncuran buku, sebua template lama saya kira. Para pembicara akan berkoemntar tentang manfaat besar buku yang diluncurkan sembari memuji bahwa usaha yang penulis sungguh memberi sumbangan yang besar.

Tetapi benarah para penulis – baik penulis cerita maupun penulis berita – memerlukan tesaurus bahasa Indonesia? Saya menulis secara serius sejak 2007 untuk berbagai koran dan media online. Saat menulis saya selalu menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tetapi tesaurus, saya Cuma sesekali menggunakannya. Dulu saya memiliki Tesaurus Bahasa Indonesia edisi pertama yang saya pinjam dari Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Unnes.

Tanpa menggunakan tesaurus, saya masih bisa menulis. Tetapi, inilah risikonya: tanpa tesaurus saya kehilangan kesempatan untuk mengeskpresikan pikiran dengan lambang bahasa yang tepat sekaligus variatif. Ada perulangan kata yang tak terhindarkan, menyebabkan tulisan seperti spiral yang berputar ke mana-mana namun kembali ke situ-situ lagi.

Tesaurus Bahasa Indonesia menawarkan sinonim atas sekitar 16 ribu kata dan istilah dalam bahasa Indonesia. Para penulis memerlukan itu sinonim-sinonim itu untuk mengembangkan karangan dengan kata dan istilah yang berupa-rupa. Dengan Tesaurus,  seseorang bisa terhindarkan dari perulangan yang menjemukan, sekaligus berkesematan menjelajahi kemungkinan bentuk ungkap yang lebih relevan dengan pikiran dan situasi tuturnya.

Saya tidak sepakat kalau ada yang mengatakan bahwa setiap penulis memerlukan tesaurus. Itu terdengar seperti ungkapan advertorial yang tertulis di pojok koran dengan judul besar. Tetapi saya sepakat kalau tesaurus diperlukan oleh setiap penulis yang ingin menjadikan tulisannya lebih bernas.

Rahmat Petuguran
Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Semarang
Pemimpin Redaksi PORTALSEMARANG.COM

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending