Connect with us

Harjanto Halim

Catatan 11 Harjanto Halim: Mengintip Tetangga

Published

on

Kami sedang liburan dan tinggal di sebuah apartemen milik kerabat yang tidak begitu besar. Dari jendela kamar tidur, atau dapur atau ruang tamu, kami bisa melihat jendela kamar mandi, ruang tamu, atau dapur milik tetangga.

Isteri sedang mengerjakan laundry, saat tiba-tiba ia keluar terbirit-birit. “Eh, ono wong gek adus…!,” serunya sambil menunjuk ke arah jendela di ruang laundry.

“Wong adus piye?,” tanya saya sambil melongok melalui jendela yang dimaksud.

Dan di seberang jendela, dari balik jendela kamar mandi yang kabur, nampak bayangan seorang pria sedang asyik menggosok badannya. Saya tertawa. “Lho ya ndak usah diliaki..!,” ujar saya pada Isteri.

Isteri nyengir. Mungkin tadi ia ndak sengaja menoleh. Lha, memang apartemennya kecil, saling berdekatan, meh piye? Situ bisa lihat saya, saya bisa lihat situ. Kalau ndak suka, ya ndak usah dilihat. Hehehe.

Saya jadi teringat sebuah lelucon. Seorang wanita tua memanggil polisi ke rumahnya. Ia protes. “Tetangga samping rumah sering jalan-jalan di ruang tamunya, tanpa sehelai pakain pun… Saya terganggu. Sungguh tidak sopan…!!”
Pak polisi berkata, “Baik. Tapi saya harus melihat sendiri apa yang terjadi. Dimana anda melihatnya?”

“Dari sini…,” ujar si wanita sambil menuding jendela yang terletak di sebelah lemari besar di ruang tamunya.
Pak polisi melihat ke arah rumah yang berada di samping.

“Lho saya tidak bisa melihat apa-apa…, jendelanya terutup gordijn…,” ujar pak polisi menoleh ke arah si ibu tua.

Si ibu tua menggelengkan kepala, “Ya kalau dari situ memang ndak bisa keliatan…,” ujarnya jengkel, lalu menuding ke atas lemari, “Anda harus melihatnya dari atas sana…!”

HªHŪHÁª.

Ternyata banyak dari kita sering menjadi sok ‘busy-body’, sok suci, seakan diri sendiri yang paling baik, diri sendiri yang paling benar. Orang lain yang tak sepaham, apalagi tak seiman, selalu salah; selalu tidak benar. Tak jarang dan tanpa sadar, kita telah men’zholimi’ diri sendiri, mencederai keyakinan, demi membuktikan ‘kesalahan’ atau ‘kekhilafan’ orang lain.

Segala cara ditempuh, segala dalil dan dogma diputarbalik dan ‘dimanipulasi’, demi menuding dan menuduh bahwa ‘tetangga sebelah’ telah tersesat dan telah ‘berlaku tidak senonoh’. Padahal siapa yang barusan telah memanjat lemari sambil mengintip ‘hak’ dan ‘privasi’ orang lain? Siapa sebenarnya yang telah bersikap kurang ajar dan kurang gawean?

Rasanya DIA saja ndak suka ngintip-ngintip kayak gitu, deh. Hehehe.

Januari 2016

Harjanto Halim

Gambar: Montainx

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending