Connect with us

News

Leni, Wisudawan UNNES Asal Tegal Ini Buktikan Bahasa Bukan Sekadar Alat Komunikasi

Published

on

Ribuan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) resmi dikukuhkan sebagai lulusan baru. Di antara deretan toga dan wajah bahagia, terselip sosok Leni Septiani, wisudawan terbaik dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) yang tidak hanya mencatat prestasi akademik gemilang, tetapi juga mengabdikan dirinya dalam berbagai upaya sosial yang berdampak nyata.

Segudang prestasi berhasil diraih Leni. Di antaranya adalah Mahasiswa Berprestasi tingkat fakultas, Duta Bahasa Jawa Tengah, serta juara berbagai lomba debat dan esai nasional. Ia juga mendirikan komunitas debat, mengajar Bahasa Indonesia bagi penutur asing, hingga membangun program edukatif berbasis sastra untuk kampanye sosial.

Wisudawan Terbaik FBS, Leni Septiani menjelaskan sastra merupakan alat komunikasi yang paling halus dalam penyampaian gagasan dan menumbuhkan empati.

“Melalui program edukatif berbasis aplikasi, saya gunakan sebagai sarana kampanye anti perundungan. Program ini ditujukan untuk siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Tegal,” jelasnya.

Berangkat dari motto hidupnya, “Menyala tanpa memadamkan, asih tanpa pamrih,” Leni menjadikan proses belajarnya selama menjadi mahasiswa bukan sekadar menimba ilmu, melainkan juga menyebarkan nilai. Ia percaya bahwa ilmu bukan untuk disimpan, melainkan untuk dibagikan, ditumbuhkan, dan dijadikan cahaya bagi sekitar. Prinsip ini yang kemudian membentuk Leni menjadi mahasiswa yang tidak hanya unggul, tetapi juga memberi pengaruh nyata bagi lingkungan dan masyarakat.

Karya tersebut bukan satu-satunya, Leni berhasil meraih Juara 1 Lomba Esai Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam lombanya, ia membedah penyebab perundungan pada anak usia sekolah, yang tidak hanya berasal dari kurangnya pemahaman, tetapi juga karena empati yang belum tumbuh. Maka lahirlah Epimo, sebuah aplikasi animasi cerpen yang memuat nilai-nilai empati untuk anak-anak. Konsepnya mirip dengan program antiperundungan ODGJ, namun Epimo lebih menekankan pembentukan rasa empati sejak dini.

Ia terpilih juga sebagai Duta Bahasa Jawa Tengah, mengemban amanah untuk menyebarkan semangat Trigatra Bangun Bahasa, yaitu mengutamakan Bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.

“Sebagai orang yang mencintai Bahasa, membawa semangat pelestarian dan pengembangan bahasa ke berbagai ranah. mulai menjadi pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk mahasiswa dari Yale University, Amerika Serikat hingga memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia yang membuktikan bahwa bahasa bisa menjadi jembatan antarbangsa yang mempersatukan,” terangnya.

Disisi lain, ia mendirikan Adesia (Akademi Debat Bahasa dan Sastra Indonesia), sebuah komunitas debat yang hingga kini masih aktif dengan lebih dari 30 anggota.

“Melihat kebutuhan dan potensi yang belum tergali di lingkungan prodinya, Melalui Adesia, tidak hanya membuka ruang dialog dan logika, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang hidup dan mandiri. Dimana, untuk tetap aktif mengasah daya pikir kritis dengan mengikuti berbagai kompetisi debat,” ungkapnya

Melalui Wirabasa, usaha kebahasaan yang ia dirikan bersama rekan-rekannya dan lolos Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) sehingga menghadirkan solusi nyata bagi dunia kebahasaan. Wirabasa menyediakan jasa penyuntingan, pelatihan menyunting dan menulis, jasa pewara, hingga pelatihan public speaking.

Tidak berhenti sampai di situ, Leni juga aktif di bidang pengabdian masyarakat melalui Komunitas Asa Edu. Selama dua bulan, ia menjadi pengajar bagi anak-anak di kawasan pesisir Tambak Lorok, Semarang.

“Pengalaman ini semakin menegaskan bahwa pendidikan bukan semata urusan ruang kelas, melainkan juga soal sentuhan, pendekatan, dan ketulusan. Mengajarkan pendidikan karakter dengan pendekatan permainan, sambil tetap terlibat dalam tim kurikulum selama satu tahun penuh,”

Leni juga aktif sebagai pembicara di berbagai forum, mulai dari pelatihan penulisan ilmiah dan non-ilmiah, pengembangan diri, hingga public speaking. Selain aktif di ruang diskusi dan pengabdian, Leni juga konsisten menulis dengan menerbitkan beberapa artikel ilmiah serta dua antologi cerpen, salah satunya adalah Senja yang Membawamu Pulang, kumpulan cerpen reflektif yang menyuarakan perenungan tentang kehidupan, cinta, dan perjuangan.

Skripsi yang ditulis Leni menganalisis novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho, menggali nilai-nilai humanis di dalamnya, dan mengevaluasi kelayakannya sebagai bahan ajar alternatif di kelas XII SMA. Baginya, sastra bukan sekadar bacaan, tetapi juga media pembelajaran karakter. Sosoknya mencerminkan semangat konservasi yang dijunjung Universitas Negeri Semarang untuk mengintegrasikan prestasi akademik, kepedulian sosial, dan pelestarian budaya dalam satu langkah nyata sebagai agen perubahan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending