Connect with us

News

Suka Ceplas-Ceplos, Ini Profil dan Gebrakan Menkeu Purbaya

Published

on

PORTALSEMARANG.COM, SEMARANG – Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan RI pada 8 September 2025, menggantikan Sri Mulyani. Penunjukan mantan Ketua Dewan Komisioner LPS itu menandai fase baru pengelolaan fiskal di tengah target pertumbuhan ekonomi dan dinamika pasar pasca-reshuffle kabinet.

Usai pelantikan, Purbaya menegaskan pengalaman panjangnya di lintas pemerintahan dari Komite Ekonomi Nasional era SBY hingga KSP pada masa pandemi Covid-19 seraya meminta publik tidak khawatir dengan transisi bendahara negara. Ia menyoroti tiga fokus awal: disiplin fiskal yang kredibel, akselerasi pertumbuhan, serta penguatan daya beli.

Dalam sepekan pertama masa tugas, pemerintah merilis paket stimulus senilai Rp16,23 triliun untuk menopang ekonomi hingga awal 2026. Paket tersebut mencakup bantuan pangan, program padat karya, perpanjangan keringanan pajak bagi sektor terdampak, tarif PPh final 0,5% UMKM hingga 2029, serta program magang bergaji bagi 20.000 lulusan baru. Purbaya menekankan kebijakan ini tidak mengubah proyeksi defisit APBN 2025 yang dijaga di kisaran 2,78% PDB.

Secara paralel, Kementerian Keuangan menempatkan dana pemerintah Rp200 triliun pada bank-bank Himbara untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor riil. Skema berjangka enam bulan ini disertai kewajiban pelaporan berkala dan pembatasan penggunaan (tidak boleh untuk pembelian SBN), dengan target menurunkan biaya kredit, mempercepat serapan pembiayaan produktif, dan menggerakkan roda usaha mikro, kecil, hingga menengah.

Gebrakan kebijakan tersebut berjalan beriring dengan gaya komunikasi Purbaya yang blak-blakan—sering disebut “ceplas-ceplos”. Gaya ini dinilai sebagian kalangan menyegarkan karena langsung ke pokok persoalan, tetapi juga memantik perdebatan ketika pernyataannya dianggap kurang empatik terhadap dinamika sosial. Di ruang publik, pro dan kontra itu berjalan berdampingan dengan ekspektasi agar langkah-langkah fiskal cepat terasa di lapangan.

Di balik sorotan gaya bicara, profil akademik dan karier Purbaya terbilang unik untuk seorang menkeu. Ia berawal dari S1 Teknik Elektro di ITB (insinyur), kemudian beralih ke ilmu ekonomi hingga meraih gelar MSc dan PhD dari Purdue University, Amerika Serikat. Rekam jejak profesionalnya meliputi Chief Economist Danareksa, Direktur Utama Danareksa Sekuritas, anggota Direksi Danareksa (Persero), sejumlah posisi staf khusus dan deputi di Kemenko, sebelum memimpin LPS pada 2020 hingga 2025.

Penunjukan Purbaya datang pada saat pemerintah dituntut menjaga kredibilitas fiskal sambil memacu investasi dan kesempatan kerja. Pekerjaan rumah yang menanti mencakup pemulihan sentimen investor pasca-reshuffle, penguatan koordinasi fiskal moneter, dan memastikan stimulus serta penempatan dana benar-benar mengalir ke kredit produktif bukan sekadar parkir likuiditas di perbankan.

Ke depan, indikator yang akan diawasi pasar dan publik mencakup serapan belanja stimulus, pertumbuhan kredit dan penyerapan tenaga kerja, stabilitas defisit sesuai pagu, serta efektivitas insentif bagi UMKM dan dunia usaha. Dari sana akan terlihat apakah “gaya ceplas-ceplos” Purbaya berbanding lurus dengan kinerja fiskal yang terukur, terutama bagi generasi muda dan pelaku usaha yang menantikan bukti di lapangan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending