Connect with us

Saya memperoleh poster di atas dan segera merasa bahwa poster ini cukup kritis. Poster ini mengkritik sikap Amerika yang berusaha mendudukkan Omar Mateen, dan banyak teroris lain, sebagai semata-mata orang beragama Islam dengan memproduksi sebutan “teroris Islam”.

Sebutan itu diproduksi dengan merangkai dua fakta bahwa dia adalah seorang teroris dan dia menganut agama Islam.

Sampai di situ, penyebutan “teroris Islam” tampaknya betul dan logis.

Tetapi, pilihan Amerika untuk menyebut demikian adalah sebuah sikap politik yang menurut saya picik. Sebab, dengan penyebutan itu Amerika melakukan simplifikasi yang parah dengan berusaha membingkai identitas Omar Mateen semata-mata hanya berdasarkan kejahtan yang dilakukan dan keyakinan keagamaannya.

Padahal, dia adalah seorang warga negara Amerika. Ia lahir, berkembang, memperoleh pendidikan di Amerika. Mengapa identitas keamerikaan yang melekat kepadanya hilang begitu saja dan identitas Islam muncul sebagai identitas yang paling kuat ketika ia telah menjadi musuh publik?

Sebutan teroris Islam adalah sebutan yang bermasalah secara ideologis karena di dalamnya terdapat niat untuk mendistorsi realitas untuk kepentingan tertentu. Sebutan itu lahir dengan asumsi bahwa agama (Islam) adalah satu-satunya faktor yang menyebabkan Omar Mateen melakukan penembakan yang mengakibatkan 58 kematian itu.

Tetapi, Amerika kan memiliki sejarah panjang penembakan massal di ruang publik. Saat pelakunya diketahui bahwa pelakunya beragama lain, mengapa identitas keagamaannya tidak dimunculkan? Atau, mengapa identitas kewarganegaraannya sebagai seorang Amerika tidak dimunculkan?

Kurang lebih, demikianlah isi gugatan dalam poster yang saya peroleh melalui wall Ariel Heryanto itu.

Tetapi poster itu juga memiliki sikap ideologis yang culas. Pembuat poster ini mungkin seorang Muslim yang gerah terhadap porses produksi identitas yang dilakukan Amerika.

Namun dengan menunjukkan identitas kewarganegaraannya sebagai seorang Amerika, atau pendidikannya yang diperoleh Amerika, serta senjata yang digunakan diproduksi oleh Amerika, pembuat poster juga sedang melakukan simplifikasi identitas. Pembuat poster menyatakan bahwa keyakinan agama Omar Mateen tidak cukup berkontribusi menjadi variabel penting bagi tindakannya?

Dua pernyataan di atas sama-sama pernyataan propaganda yang diproduksi dengan tergesa dan cacat logika karena simplifikatif.

Sebab dalam hidup manusia, idenitas seseorang sebenarnya tumpang tindih secara runyam. Omar Mateen tidak bisa diidentifikasi hanya berdasarkan agamanya semata, atau kewarganegaraannya semata, tetapi juga harus didudukkan sebagai individu yang beridentitas kompleks. Selain beragama Islam dan berkewarganegaraan Amerika, dia memiliki pandangan politik tertentu: apakah dia seorang liberal, libertarian, sosialis, atau yang lain.

Dia juga memiliki orientasi seksual: apakah penolak LGBT, pendukung LGBT, pernah memiliki pengalaman buruk terhadap perilaku seksual tertentu, misalnya. Atau, apakah dia seorang yang mengalami masalah seksual tertentu?

Dia juga seorang anak, seorang anggota dari komunitas masyarakat, seorang mantan suami, seorang pembaca buku tipe tertentu, atau seorang penyuka jenis olahraga tertentu.

Berbagai identitas itu, yang jumlahnya akan semakin banyak jika mau digali, memiliki kontribusi terhadap terbentuknya kepribadian Omar Mateen. Afiliasi identitas itu juga memengaruhi keputusannya untuk melakukan penembakan di klub malam di Orlando.

Rahmat Petuguran
Pemimpin Redaksi PORTALSEMARANG.COM

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending