News
Rekam Jejak Prof Tommi Yuniawan, Lestarikan Alam dan Budaya Melalui Ekolinguistik

Di tengah arus globalisasi yang kerap menggerus nilai-nilai lokal dan keberlanjutan lingkungan, Prof. Dr. Tommi Yuniawan, M.Hum. hadir sebagai akademisi yang menawarkan perspektif baru dalam memandang relasi antara bahasa, budaya, dan alam.
Melalui kepakaran di bidang ekolinguistik, profesor Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (FBS UNNES) ini mengembangkan pendekatan ilmu bahasa yang tak terbatas pada struktur dan fungsi komunikasi, tetapi juga keterkaitannya dengan ekosistem dan nilai-nilai kehidupan.
Bagi Prof. Tommi, bahasa tidak pernah netral. Ia merekam, mereproduksi, bahkan memengaruhi cara manusia memperlakukan alam dan sesamanya. Lewat pendekatan ekolinguistik, ia mengkaji bagaimana narasi-narasi dalam bahasa—baik dalam bentuk sastra, ujaran, maupun kebijakan—dapat mendorong kesadaran ekologis, atau sebaliknya, mempercepat degradasi lingkungan dan kebudayaan.
Dalam berbagai artikelnya, termasuk yang terbit di jurnal bereputasi nasional dan internasional, Prof. Tommi mengangkat peran bahasa dalam menjaga keseimbangan ekologi budaya. Hal itu ia lakukan dalam sejumlah penelitian berbasis ekoliterasi.
Meneliti, Merekam, dan Mewariskan Kearifan Lokal
Salah satu kontribusi penting Prof. Tommi adalah upayanya dalam mendokumentasikan ekspresi-ekspresi budaya lokal yang memuat nilai-nilai ekologis. Melalui riset-riset lapangan di daerah-daerah pesisir dan pedalaman Jawa Tengah, ia dan timnya merekam praktik berbahasa yang erat kaitannya dengan tata kelola alam secara tradisional—seperti pantangan menebang pohon tertentu, cara masyarakat memaknai arah mata angin, hingga pemilihan kata-kata dalam ritual agraris.
Data-data ini tidak hanya menjadi bahan penelitian, tetapi juga diolah menjadi bahan ajar, buku, dan modul pelatihan bagi guru dan komunitas. Dengan demikian, ia menjembatani pengetahuan lokal agar tetap hidup dalam pendidikan formal dan narasi kebangsaan.
Literasi Ekologis
Kepedulian Prof. Tommi terhadap ekolinguistik tidak berhenti di ranah akademik. Ia aktif membangun kemitraan dengan komunitas adat, sekolah, dan lembaga budaya untuk memperkuat literasi ekologis. Salah satu bentuk pengabdiannya adalah kegiatan ruang baca, sebuah program literasi berbasis ekosistem lokal yang mengajak anak-anak membaca dan menulis dengan menjadikan alam sebagai ruang belajar.
Dalam kegiatan tersebut, anak-anak diajak mendeskripsikan lingkungan sekitar mereka menggunakan bahasa ibu, menulis puisi tentang sawah atau hutan, dan mendokumentasikan cerita kakek-nenek mereka tentang musim, pertanian, atau binatang langka. Prof. Tommi percaya, ketika anak-anak mengenal alam lewat bahasanya sendiri, mereka akan tumbuh dengan kesadaran untuk merawatnya.
Ekolinguistik untuk Masa Depan
Melalui ekolinguistik, Prof. Tommi Yuniawan telah menjadikan bahasa bukan hanya sebagai objek kajian, melainkan sebagai medium perubahan sosial dan ekologis. Dengan pendekatan yang menggabungkan analisis ilmiah, kepedulian kultural, dan aksi nyata di masyarakat, ia memberi contoh bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membangun keberlanjutan—melalui ilmu, melalui kata, dan melalui aksi nyata.
-
Lowongan10 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Muda & Gembira11 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Muda & Gembira10 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Muda & Gembira10 years ago
SMS Lucu Mahasiswa ke Dosen: Kapan Bapak Bisa Temui Saya?
-
Muda & Gembira11 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Kampus12 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Muda & Gembira11 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Kampus13 years ago
Unwahas – Universitas Wahid Hasyim