Serang – Pasca lebaran Idul Fitri 1441 Hijriyah masyarakat berbondong-bondong memadati tempat wisata di Banten khususnya Pantai Anyer tanpa memerhatikan protokol kesehatan dan melupakan sejenak adanya wabah Covid-19 ini. Mereka berenang dan bermain pasir tanpa memikirkan bahwa sedang adanya wabah Covid-19.
“Libur lebaran Idul Fitri yang hanya satu tahun sekali ini membuat masyarakat mengabaikan adanya wabah Covid-19 ini. Mereka melupakan himbauan dan protokol kesehatan, mereka asik bermain dan berenang seakan wabah ini sudah hilang. Jadi, kami petugas kesehatan menyerahkan kepada masyarakat untuk terserah,” ujar Kokom seorang perawat yang sedang bertugas di Rumah Sakit Provinsi Banten, Senin (25/5/2020).
Ia menyayangkan dengan banyaknya pedagang di pesisir pantai yang terus buka tanpa mengkhawatirkan adanya wabah Covid-19 ini. Pihaknya pun tidak melarang pengelola pantai dan pedagang untuk berjualan, namun seharusnya mereka tetap memerhatikan protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh pemerintah.
“Bukan justru diabaikan. Mereka beralasan, orang yang tinggal jauh di kota hanya mampu berlibur ke pantai pada saat libur lebaran saja. Sehingga mereka tetap keluar rumah dan memaksakan untuk memanfaatkan libur lebaran ke pantai. Saat ini kita sedang menghadapi wabah, virus yang mematikan. Tolonglah bantu kami,” ujarnya.
Saat ini, tenaga kesehatan di Kota Serang tidak banyak. Bahkan, bila kondisi ini terus berlanjut, maka jumlah pasien pun akan meningkat. Kasihan dengan tenaga kesehatan yang sedang berjuang. Mereka menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan seluruhnya untuk menangani pasien. Tapi masyarakat tidak mendukung dan menghargai pengorbanan tenaga kesehatan.
Seharusnya, pemerintah, baik daerah mau pun pusat tegas dalam memberikan aturan. “Jangan plin-plan, kemarin dilarang mudik, sekarang diperbolehkan. PSBB, tapi tidak ada ketegasan yang jelas, sehingga masyarakat pun tetap melanggar. Jujur tenaga kesehatan sudah lelah,” katanya.
“Jika boleh menyerah, jujur kami ingin menyerah, kami sudah sangat lelah berada diposisi seperti saat ini. Kami tahu ini sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai tenaga kesehatan, tapi kami juga tidak bisa berjuang sendirian, kami butuh bantuan dari semuanya agar wabah ini cepat pergi,” ujarnya.
Kemudian, apabila ada satu yang terpapar Covid-19, pihak kesehatan pun harus segera melakukan tindakan tracing atau melacak yang membutuhkan waktu tidak sebentar. “Butuh berhari-hari, berjam-jam mengenakan APD lengkap dengan situasi dan kondisi saat ini itu sangat sulit,” tuturnya.
“Seharusnya masyarakat patuh terhadap aturan yang sudah diberikan oleh pemerintah. Mereka memang tidak merasakan apa yang kami rasakan sebagai tenaga kesehatan. Dan kami hanya ingin masyarakat tetap di rumah saja agar wabah Covid-19 ini cepat hilang,” ujarnya.
[ Dian Afrianti ]
Berita ini merupakan hasil belajar peserta mata kuliah jurnalistik Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNNES
-
Muda & Gembira10 years ago
Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 10 Sifat Orang Ngapak yang Patut Dibanggakan
-
Muda & Gembira9 years ago
Sembilan Kebahagiaan yang Bisa Kamu Rasakan Jika Berteman dengan Orang Jepara
-
Muda & Gembira10 years ago
Inilah 25 Rahasia Dosen yang Wajib Diketahui Mahasiswa
-
Muda & Gembira9 years ago
SMS Lucu Mahasiswa ke Dosen: Kapan Bapak Bisa Temui Saya?
-
Lowongan9 years ago
Lowongan Dosen Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Deadline 24 Juni
-
Kampus11 years ago
Akpelni – Akademi Pelayaran Niaga Indonesia
-
Kampus12 years ago
Unwahas – Universitas Wahid Hasyim