Connect with us

Ngawi – Sejak virus Corona mulai masuk ke Indonesia bulan Maret kemarin, pedagang kecil di Ngawi mengalami imbas dari pandemi tersebut. Pedagang kecil mengalami dampak ekonomi secara langsung yaitu mengalami kerugian akibat sepi pembeli bahkan harus berhenti berjualan dikarenakan merugi.

Dampak pandemi ini dirasakan oleh Pedagang Nasi Pecel asal Desa Kedunggalar, Ngawi. Poni seorang pedagang nasi pecel di dusun Plosorejo merasakan dampak akibat pandemi ini. Poni mengaku kerugian besar dialaminya karena sepi pembeli bahkan sekarang harus berhenti berjualan dikarenakan dampak dari Corona ini.

Poni mengaku dampak yang paling dirasakanya adalah sepi pembeli sehingga terpaksa berhenti berjualan.

“Saat ini terpaksa behenti berjualan karena tidak ada pembeli,di lain sisi saya juga takut tertular virus Corona ini,” kata Poni (3/6/2020).

Selama tidak berjualan, Poni mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari hari.

“Sudah ada 1 bulan lebih tidak berjualan tapi kebutuhan setiap hari seperti makan jalan terus jika seperti ini sulit untuk memenuhi kebutuhan setiap hari,” kata Poni.

Poni mengaku dia harus menggunakan uang tabungan dan meminjam uang untuk menyambung hidupnya sehari hari.

”Selama berhenti berjualan, menggunakan uang tabungan dan pinjaman untuk mencukupi kebutuhan setiap hari,” kata Poni.

Selama berjualan Poni bisa mencukupi kebutuhan harianya. Setiap harinya poni mengaku bisa menjual habis dagangan dan mendapatkan untung sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000.  Akan tetapi akibat pandemi korona ini dia mengatakan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

“Saat berjualan kalau dagangan habis bisa untung sampai Rp 100.000 tapi saat tidak berjualan seperti ini sangat sulit memenuhi kebutuhan harian seperti untuk makan setiap hari saja sangat susah,” kata Poni.

Oleh karena itu Poni hanya berharap bantuan sosial dan masa pandemi ini segera berakhir. Untuk kedepanya poni akan berjualan jika jumlah angka Corona di Jawa Timur mengalami penurunan.

Dampak dari pandemi ini juga dirasakan oleh Agus, penyetor barang bekas plastik di desa Kedunggalar. Dalam masa pandemi ini Agus terpaksa berhenti menyetor barang bekas plastik dikarenakan pabrik pengepul barang bekas plastik ini tutup selama pandemi Corona. Selama pandemi Corona pendapatan Agus dari barang bekas plastik terpaksa berkurang bahkan berhenti untuk jangka waktu dua bulan kedepan.

”Saat ini terpaksa tidak bisa menyetor barang bekas plastik karena pabrik tutup selama dua bulan kedepan,” kata Agus (3/6/2020).

Saat masih dapat menyetor barang bekas plastik, Agus dapat memenuhi kebutuhan sehari hari.

”Sebelum ada Corona ini sehari hari masih bisa menyetor, sekali setor bisa dapat Rp 60.000 sapai Rp 120.000 dan kebutuhan sehari hari  seperti makan dan jajan untuk anak bisa terpenuhi,” kata Agus.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari Agus terpaksa berjualan labu secara keliling.

”Saat ini hanya berjualan labu secara keliling untuk mencukupi kebutuhan sehari hari,” kata Agus.

Penjualan labu Agus dalam sehari hanya terjual sekitar 3-4 buah saja. Dalam sehari Agus mendapatkan Rp 40.000 hingga Rp 60.000 dari menjual labu. Agus terpaksa menghabiskan pendapatanya dalam sehari dikarenakan kebutuhan makan sehari hari dari anak anaknya.

”Pendapatan dari penjualan labu terpaksa habis dalam sehari karena kebutuhan makan untuk anak anak,” kata Agus.

Selain dari pendapatan penjualan labu Agus juga terpaksa memakai uang tabungan untuk menutupi kekurangan kebutuhan makan sehari hari dikarenakan pendapatan yang sedikit sedangkan kebutuhan semakin banyak. Dalam masa pandemi ini agus merasa sangat sulit untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.

Agus berharap pemerintah memberikan bantuan secepatnya selama masa pandemi ini.

“Kalau masa pandemi seperti ini hanya bisa berharap bantuan dari pemerintah untuk meringankan beban kebutuhan,” kata Agus.

 

Arief Yudhananto Nugroho

Artikel ini merupakan Latihan menulis di kelas jurnalisitk mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, FIP UNNES

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending