Connect with us

Membaca biografi jurnalis adalah membaca kepingan sejarah jurnalisme. Tiap generasi jurnalis memiliki masalah dan tantangannya sendiri. Ketiga buku ini menunjukkan, para jurnalis harus berpayah diri mempertahankan ideologi di tengah kencangnya intervensi.

Tiga buku tentang jurnalis yang baru saja saya baca ini  mewakili cerita dari tiga generasi berbeda. Mochtar Lubis mewakili jurnalis era Orde Lama dan Orde Baru, Andy F Noya mewakili jurnalis era akhir Orde Baru dan reformasi, Ryan Holiday mewakili generasi internet. Meski sama-sama “dapat” disebut sebagai biografi, ketiga buku ini ditulis dengan cara yang sangat berbeda.

Jurnalisme dan Politik di Indonesia (David T Hill)

Buku Jurnalisme dan Politik di Indonesia lebih menyerupai hasil riset. Penulisnya adalah seroang peneliti media dari Murdoch University, Australia. Dengan orientasi akademik yang serius, buku ini lebih banyak mengulas pemikiran daripada remah-remah kehidupan seseorang.

Dalam beberapa bagian awal, misalnya, penulis menukik pada pendapat kontroversial Mochtar Lubis mengenai manusia Indonesia. Hampir sama dengan Koentjoroningrat, Mochtar secara blak-blakan menunjukkan perangai buruk manusia Indonesia. Menurut jurnalis dan sastrawan ini, ada beberapa karakteristik manusia Indonesia: munafik, segan, berjiwa feodalistik, percaya takhayul, dan memiliki watak yang lemah. Keunggulannya: artistik.

Sebagaimana judulnya, buku ini menyajikan deksripsi yang detail situasi jurnalisme dalam ruang politik. Mochtar Lubis hidup pada era Orde Lama dan Orde Baru, menikmati penjara di kedua era itu. Dengan kisah itu, penulis menunjukkan bahwa intervensi pengusa terhadap jurnalis nyaris tak terhindarkan.

Andy F Noya Kisah Hidupku (Robert Adhi KPS dan Andy F Noya)

Nama Andy F Noya barangkali lebih dikenal sebagai pembawa acara Kick Andy yang tayang di MetroTV. Acara itu melambungkan namanya sebagai presenter yang kharismatik. Berawal dari acara itu Andy kemudian mencetuskan gerakan filantropi melalui Kick Andy Foundation dan Yayasan Rama Rama.

Jauh sebe  lum muncul di layar, Andy adalah jurnalis yang malang melintas di berbagai media. Karier jurnalisnya dimulai ketika ia terlibat proyek kecil penulisan buku Apa dan Siapa yang dilakukan Tempo. Usai itu ia bergabung dengan Prioritas yang dimiliki Surya Paloh. Namun harian ini tak berumur panjang. Andy kemudian memimpin Media Indonesia.

Ketika sudah mencapai puncak sebagai pemimpin redaksi, ia berpindah kandang memimpin prpgram berita televisi Seputar Indonesia. Ketika MetroTV mulai mengudara pada 2000, ia pulang kampung dan memimpin perusahaan itu beberapa tahun.

sebagai buku biografi, buku ini lengkap karena mengisahkan perjalanan hidup saat ia lahir, hidup di Makssar, pindah ke Ternate, lalu pindah ke Surabaya, Malang, mendewasa di Jayapura, sebelum akhirnya ke Jakarta. Tetapi, karena menggunakan cara bertutur orang pertama, tampak ada glorifikasi diri. Si penutur menurutkan hal-hal indah dalam dirinya terlalu banyak.

Tetapi itu masalah kecil, saya kira. Masalah kebih besar dapat ditemukan pada 3 per 4 bagian akhir buku ketika ia mengishakan hubungannya dengan Surya Paloh. pada bagian-bagian ini si penutur tampak berhasrat sekali mempromosikan Surya Paloh.

Trust Me I’m Lying (Ryan Holiday)

Tidak terlalu tepat jika buku ini disebut biografi. Kalaupun dipaksa disebut biografi, barangkali lebih tepat jika disebut sebagai biografi pengalaman dan pemikiran. Ryan Holiday bukan jurnalis dalam arti konvensional. Ia adalah konsultan publikasi. Tugas itulah yang membuatnya terlibat banyak dalam banyak proses produksi berita.

Berbeda dengan dua buku sebelumnya yang menunjukkan keadilihungan jurnalisme, Ryan Holiday justru menunjukkan bahwa jurnalisme (terutama online) adalah dunia yang kotor dan menjijikkan. Di sinilah berbagai kebohongan diproduksi.

Berdasarkan pengalamnnya, Holiday mengisahkan secara dramatis bagaimana orang-orang jahat sepertinya bisa dengan mudah mengintervensi jurnalis media (online) untuk mengekspolitasi keuntungan ekonomi. Melalui kisah itu, Holiday menawarkan kepada pembaca: apakah akan menjadikan kondisi itu sebagai peluang atau justru akan tampil untuk memperbaikinya.

Rahmat Petuguran
Pemimpin Redaksi PORTALSEMARANG.COM

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending