Connect with us

Uncategorized

Liputan 6: Bahasa Punya Kuasa

Published

on

Eksekutif produser liputan 6, Raymond Kaya menyatakan dalam seminar jurnalistik yang diadakan pada Kamis (17/9/2014) jika bahasa dalam jurnalistik itu mempunyai kuasa. Seminar jurnalistik yang diadakan di gedung Sctv lantai sembilan belas itu dihadiri oleh lima puluh mahasiswa Unnes dengan dua dosen pendamping program KKL (Kuliah Kerja Lapangan).

Dalam seminar tersebut, pihak Sctv menampilkan Raymond Simon Antonius Kaya atau lebih dikenal dengan Raymond Kaya selaku eksekutif produser Liputan 6 sebagai pembicara. Pada seminar yang diadakan sekitar pukul 14.00 WIB tersebut membahas hal-hal terkait jurnalistik.

“Bahasa dalam jurnalistik ada kuasanya. Apa pun kata-katanya, maka akan dipercaya oleh masyarakat. Oleh karena itu, berhati-hatilah ketika menulis produk jurnalistik.” Kata Raymond.

Pria yang mengambil jurusan HI (Hubungan Internasional) pada jenjang strata satu-nya tersebut mengungkapkan jika berita televisi memiliki tiga muatan utama, meliputi: penting, menarik, dan aktual. Tiga hal tersebut yang menjadi acuan diproduksinya berita yang disiarkan oleh program liputan 6 setiap harinya. Program berita yang memiliki slogan: aktual, tajam, terpercaya tersebut terus berupaya sedemikian rupa untuk meningkatkan mutu dan nilai jual berita yang diproduksi. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekaligus nilai jual tersebut yaitu dengan membuat kalimat yang sekiranya dapat disetujui oleh masyarakat.

“Kalimat dalam jurnalistik setidaknya merupakan kalimat yang disetuji oleh masyarakat. Jangan dikira pihak kami dapat dengan mudah membuat kalimat tersebut. Karena jika sampai kalimat itu tidak disetuji oleh masyarakat, maka program berita ini akan ditinggalkan oleh pemirsanya.” Kata Raymond dalam seminar jurnalistik di gedung Sctv tower yang berlokasi di Senayan City Jl. Asia Afrika, Jakarta.

Pria yang menulis karya tulis berjudul “Perjanjian Paris, Perdamaian di Kamboja” itu juga mengungkapkan beberapa unsur yang terkandung dalam berita liputan 6. Unsur-unsur tersebut yaitu 5W+1H+1S yang dapat dijabarkan sebagai berikut: (5W) What, When, Who, Where, Why, (1H) How, dan (1S) So what? Unsur-unsur tersebut merupakan unsur penting disamping pembuatan kalimat yang disetujui masyarakat.

“Selain unsur 5W+1H+1S, kita juga mempertimbangkan unsur yang lain, yaitu 5C: Compelling (menarik), Clear (satu gagasan), Concise (bermanfaat), Cliché free, dan Convensional. Karena kita itu program televisi, maka juga harus mempertimbangkan unsur audio dan visual-nya.” Kata Raymond.

Pada sesi tanya jawab yang disediakan, salah satu mahasiswi Unnes melontarkan pertanyaannya pada eksekutif produser liputan 6 tersebut.

“Dalam penulisan jurnalistik, setidaknya kita harus menulis kalimat yang disetujui oleh masyarakat, lalu bagaimana cara untuk membuat kalimat tersebut?” Kata Tyas Widianingsih, mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unnes.

Setelah pertanyaan itu dilontarkan, Raymond Kaya langsung menjawab.

“Tentu kita harus terus berlatih dengan melihat minute by minute ketika berita itu disiarkan. Jika ratting program naik, berarti jenis kalimat berita seperti itulah yang disukai pemirsa. Sebelum itu kita juga sudah melakukan perundingan terlebih dahulu oleh pihak-pihak terkait penulisan kalimat tersebut. Hingga didapat kesepakatan jika kalimat itu cocok atau dapat dikatakan disetujui oleh masyarakat.” Kata Raymond.

Selain itu, Raymond juga mengungkapkan jika program televisi juga terikat oleh kepentingan industri dan komersial. Semua yang disajikan program televisi semata-mata untuk mengejar ketercapaian dibidang tersebut.

“Frankfurt school menyatakan jika media adalah industri, maka penulisan kalimat yang disetujui oleh masyarakat itu mutlak adanya demi kepentingan komersial tersebut. Lagi-lagi kita menemukan alasan jika bahasa itu punya kuasa.” Kata Raymond dalam beberapa sesi terakhir seminar jurnalistik tersebut.

Bahasa bukan sekadar sistem lambang bunyi yang arbitrer. Akan tetapi dalam kaitannya dengan dunia jurnalistik, bahasa memiliki kuasa. Bahasa bukan hanya alat komunikasi verbal, namun sebagai alat penyampaian wacana jurnalistik yang memiliki muatan tertentu. Tyas Widianingsih

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending